BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Traktus Urinarius
adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari
10.000 per ml. urine yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari
aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan
bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan istilah
bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria
asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang disebut bakteriuria
simptomatik (Sarwono, 2005).
Sekitar
15% wanita, mengalami (paling sedikit) satu kali serangan akut infeksi Traktus
Urinarius selama hidupnya. Sebagian besar infeksi tersebut adalah asimptomatik,
angka kejadiannya pada wanita hamil adalah 5%-6% dan meningkat sampai 10%pada
golonan resiko tinggi.
Walaupun infeksi dapat
terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh darah dan limfe, akan tetapi
yang terbanyak dan tersering adalah kuman-kuman naik ke atas melalui uretra, ke
dalam kandung kemih dan sakuran kemih yang lebih atas. Organisme penyebab
infeksi ini berasal dari flora normal. Sekitar 90% dari strain E.coli yang
menyebabkan pyelonefritis nonobstuktif, di samping kemungkinan kuman-kuman lain
Enterobacter aerogenes, klebsiella, pseudomonas dan lain-lain.Walaupun
kehamilan tidak meningkatkan virulensi dari bakterinya, tetapi stasis urin dan
refluk vesikoureteral dapat menjadi predisposisi infeksi pada infeksi pada
traktus urinarius atas.
Ada
beberapa infeksi yang umumnya ditemui pada kehamilan. Yang paling sering adalah
infeksi asimptomatik, sedangkan pada simptomatik yang terjadi di traktus
urinarius bawah menyebabkan cystitis.
Wanita
hamil rentan tehadap infeksi traktus urinarius, yang disebabkan oleh
hydronefhrosis yang dapat menyebabkan urinaristrasis. Adanya bakteri dalam urin
di anggap signifikan saat urin yang di ambil spesimennya mengandung lebih dari
10.000 per ml yaitu 50.000 bakteri dari spesies yang sama tiap mL. hal tersebut
berarti adanya gejala Cystitis dan pyuria.
1.2 Tujuan
1.
Untuk mengetahi
definisi dari Infeksi Traktus Urinarius.
2.
Untuk mengetahui
patofisiologi dari Infeksi Traktus Urinarius.
3.
Untuk mengetahui tanda
dan gejala dari Infeksi Traktus Urinarius.
4.
Untuk mengetahui
komplikasi dari Infeksi Traktus Urinarius.
5.
Untuk mengetahui efek
samping dari Infeksi Traktus Urinarius.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandung
kemih yang umumnya steril. (Arif mansjoer, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang
terjadi sepanjang saluran kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat
proliferasi suatu organisme (Corwin, 2001 : 480)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius
Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya invasi mikroorganisme pada
saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi
Saluran Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan pada manifestasi
bakteri pada saluran kemih (Engram, 1998 : 121).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangnya mikroorganisme di dalam saluran
kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus /
mikroorganisme lain.
Infeksi
Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih
dari 10.000 per ml. urine yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari
aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan
bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan istilah
bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria
asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang disebut bakteriuria
simptomatik (Sarwono, 2005).
Infeksi
saluran kencing merupakan komplikasi medik utama pada wanita hamil. Sekitar 15%
wanita, mengalami satu kali serangan akut infeksi saluran kencing selama
hidupnya. Infeksi saluran kencing dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin,
dampak yang ditimbulkan antara lain anemia, hipertensi, kelahiran prematur dan
bayi berat lahir rendah (BBLR).
2.2 Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih
dapat melalui:
1.
Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih
yang terinfeksi.
2.
Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah
yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah
dari suplay jantung ke ginjal.
3.
Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan
melalui helium ginjal.
4.
Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending. Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi.
Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending. Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi.
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien
dengan daya tahan tubuh yang rendah karena menderita suatu penyakit kronik atau
pada pasien yang sementara mendapat pengobatan imun supresif. Penyebaran
hematogen bisa juga timbul akibat adanya infeksi di salah satu tempat misalnya
infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari
fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di tempat lain. Infeksi
ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih dan
menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa
terjadi oleh adanya refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme yang melalui
ureter naik ke ginjal untuk menyebabkan infeksi.
Infeksi
tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik
dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa.
Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada
dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan
melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.
2.3 Etiologi
Infeksi traktus urinarius merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling
sering terjadi disekitar 40% dari seluruh infeksi pada Rumah Sakit setiap
tahunnya. Organisme yang menyerang bagian tertentu sistem urine menyebabkan
infeksi saluran kencing yaitu ginjal (Pielonefritis), kandung kemih (Sistitis),
atau urine (Bakteriuria).
Salah satu penyebaranya organismenya dapat melalui :
1.
penggunaan kateter dalam jangka
pendek
2.
penggunaan kateter yang lebih
lama
3.
Terlalu lama menahan kencing
4.
Kurang minum
5.
Penggunaan toilet yang tidak
bersih
6.
Kebiasaan cebok yang salah (dari
belakang ke depan)
2.4 Klasifikasi Infeksi Traktus Urinarius
Infeksi traktus urinarius dapat di klasifikasikan
menjadi 2 bagian :
1.
Bakteri tanpa gejala
(Asimptomatik)
Ditemukan bakteri sebanyak >100.000 per ml air seni dari sediaan air
seni “mid stream”. Angka kejadian bakteriuria Asimptomatik dalam kehamilan sama
seperti wantita usia reproduksi yang seksual aktif dan non-pregnan sekitar
2-10%. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria ini
dengan peningkatan kejadian anemia pada kehamilan, persalinan premature,
gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil
dengan bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas bakteri
yang dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali.
Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian :
·
Ampisilin 3 X 500 mg selama 7 –
10 hari
·
Sulfonamid
·
Cephalosporin
·
Nitrofurantoin 4x50-100 mg/ hari
2.
Bakteriuria dengan gejala
(Simptomatik)
a.
SISTITIS
Adalah
peradangan kandung kemih tanpa disertai radang pada bagian atas saluran kemih.
Sistitis ini cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan masa nifas. Kuman
penyebabnya yaitu E. coli dan kuman-kuman yang lain. Faktor predisposisi lain
adalah uretra yang pendek, adanya sisa air kemih yang tertinggal disamping
penggunaan kateter yang sering dipakai untuk ginekologi atau persalinan,
sehingga kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada di uretra distal yang
masuk dalam kandung kemih. Dianjurkan untuk tidak menggunakan katetr bila tidak
perlu.
ü
Gejala :
·
Disuria (kencing sakit) terutama
pada akhir berkemih
·
Sering berkemih, nyeri bagian
atas simfisis
·
Sering tidak dapat menahan untuk
berkemih
·
Air kemih kadang-kadang terasa
panas
ü
Gejala Sistemik :
·
Suhu badan meningkat (Demam)
·
Nyeri pinggang
ü
Sisitis dapat diobati dengan :
·
Sulfonamid
·
Ampisilin
·
Eritromisin
Perlu diperhatikan obat-obat lain yang baik
digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih, akan tetapi mempunyai
pengaruh tidak baik untuk janin ataupun bagi ibu.
Penanganan :
·
Penanganan secara umum yakni
dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk banyak minum. Atur
frekuensi berkemih untuk mengurangi rasa nyeri, spasme dan rangsangan untuk
selalu berkemih (dengan jumlah urine yang minimal). Makin sering berkemih,
nyeri dan spasme akan makin bertambah.
·
Apabila antibiotika tunggal
kurang memberi manfaat, berikan antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut
berupa jenis ataupun cara pemberiannya, seperti amoksilin 4x250 mg per oral
digabung dengan Gentamisin 2x80 mg secara IM selama 10-14 hari.
b.
PIELONEFRITIS AKUTA
Merupakan salah
satu komplikasi yang sering dijumpai terjadi pada 1%-2% kehamilan terutama pada
trimester III dan permulaan masa nifas. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh
Escherichia coli, Stafilokokkus aureus, Basillus proteus, dan Pseudomonas
aeruginosa. Predisposisinya antara lain penggunaan kateter untuk mengeluarkan
air kemih waktu persalinan atau kehamilan, air kemih yang tertahan sebab
perasaan sakit waktu berkemih karena trauma persalinan, dan luka pada jalan
lahir. Penderita yang menderita pielonefritis kronik atau glomerulonefritis
kronik yang sudah ada sebelum kehamilan, sangat mendorong terjadinya
pielonefritis akuta ini.
ü
Gejala penyakitnya :
·
Mual dan muntah
·
Nyeri pinggang
·
Demam tinggi dan menggigil
sekitar 85% suhu tubuh melebihi 380C dan sekitar 12% suhu tubuh
mencapai 400C.
·
Keluhan sistitis ( merasa sakit
pada kandung kemih)
·
Nafsu makan berkurang
·
Kadang – kadang diare
·
Jumlah urin sangat berkurang
(Oliguria)
ü
Pengobatan Pielonefritis dengan
cara :
·
Penderita harus dirawat
·
Istirahat berbaring
·
diberi cukup cairan infuse RL
·
Observasi persalinan preterm
Biasanya
pengobatan berhasil baik, walapun kadang-kadang penyakit ini dapat timbul lagi.
Pengobatan sedikitnya dilanjutkan selama 10 hari dan penderita harus diawasi
akan kemungkinan berulang kembali. Prognosis bagi ibu umumnya cukup baik bila
pengobatan cepat dan tepat diberikan, sedangkan pada hasil konsepsi seringkali
menimbulkan keguguran atau persalinan prematur.
c.
PIELONEFRITIS KRONIKA
Biasanya tidak
atau sedikit sekali menunjukan gejala penyakit saluran kemih dan merupakan
predisposisi terjadinya pielonefritis akuta dalam kehamilan. Penderita akan
menderita tekanan darah tinggi. Prognosis bagi ibu dan janin tergantung dari
luasnya kerusakan jaringan ginjal. Penderita yang hipertensi dan insufisiensi
ginjal mempunyai prognosis buruk karena
penderita ini sebaiknya tidak hamil akibat resiko tinggi.Perlu dipertimbangkan
untuk terminasi kehamilan pada penderita yang menderita pielonefritis kronika.
d.
GAGAL GINJAL
Gagal ginjal
adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat
sebelumnya dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif serta
kenaikan ureum dan kreatinin darah. ( Imam Parsoedi dan Ag. Soewito : ilmu
penyakit dalam).
Gagal ginjal
mendadak dalam kehamilan merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam kehamilan
dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian atau kerusakan fungsi ginjal yang
tidak bisa sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam 1300-1500 kehamilan. Penderita yang
mengalami sakit gagal ginjal mendadak ini sering dijumpai pada 12-18 minggu,
dan kehamilan telah cukup bulan.
Pada kehamilan
muda sering disebabkan oleh abortus septik yang disebabkan oleh bakteri
Chlostirida welchii atau Streptokokkus. Tanda-tandanya oliguria mendadak dan
azosthemia serat pembekuan darah intravaskuler sehingga terjadi nekrosis
tubular yang akut. Keruskan ini dapat sembuh bila tubulus tidak terlalu luas
dalam waktu 10-14 hari. Sering kali dilakukan tindakan Histerektomi untuk
mengatasinya tetapi ada yang tidak perlu untuk dianjurkan untuk melakukan
histerektomi asal penderita diberikan antibiotika yang adekuat dan intensif
secara terus menerus sampai ginjal membaik. Jika nekrosis kortikal yang
bilateral dapat dihubungkan dengan solusio plasenta, pre-eklampsia berat atau
eklampsia, kematian janin dalam kandungan yang lama, emboli air ketuban atau
bahkan perdarahan banyak yang dapat menimbulkan iskemi.
Pada masa nifas
sulit diketahui sebabnya, sehingga disebut sindrom ginjal idiopatik postpartum.
Penanggulangannya diberi cairan infus atau tranfusi darah, diperhatikan
keseimbangan elektrolit dan cairan segera lakukan hemodialisis bila ada
tanda-tanda uremia. Banyak penderita membutuhkan hemodialisis secara teratur
atau dilakukan transplatasi ginjal untuk ginjal yang tetap gagal.
ü
Gagal ginjal dalam kehmilan dapat
dicegah bila dilakukan :
·
Penanganan kehamilan dan
persalinan dengan baik
·
Perdarahan, Syok, dan infeksi
segera diatasi atau diobati dengan baik
·
Pemberian tarnfusi darah dengan
hati-hati.
e.
GLOMERULONEFRITIS AKUTA
Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Penyakit ini
dapat timbul setiap saat dalam kehamilan. Penyebab biasanya Streptococcus
beta-haemolyticus jenis A. Gambaran klinik ditandai oleh timbulnya hematuria
dengan tiba-tiba, udema dan hipertensi pada penderita sebelumnya tampak sehat.
Kemudian sindroma ditambah dengan oliguria sampai anuria, nyeri kepala, dan
mundurnya visus ( retinitis albuminika). Pengobatan sama dengan di luar
kehamilan dengan perhatian khusus, istirahat, diet yang sempurna dan rendah
garam serta keseimbangan cairan elektrolit.
Untuk pemberantasan infeksi cukup diberi penisilin, karena strepcoccus peka
terhadap penisilin. Apabila tidak berhasil maka harus dipakai antibiotika yang
sesuai dengan hasil tes kepekaan. Biasanya penderita sembuh tanpa sisa-sisa
penyakit dan fungsi ginjal akan tetap baik. Kehamilan dapat berlangsung sampai
lahirnya anak hidup, dan apabila diinginkan wanita boleh hamil lagi di kemudian
hari. Kehamilan tidak mempengaruhi jalan penyakit, sebaliknya glomerulonefritis
akuta akan mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi terutama yang
disertai tekanan darah yang sangat tinggi dan insufisiensi ginjal, dapat
mengakibatkan abortus, partus prematurus dan kematian janin.
f.
GLOMERULONEFRITIS KRONIKA
Wanita hamil
dengan glumerulonefritis kronika sudah menderita penyakit isu beberapa tahun
sebelumnya. Karena itu pada pemeriksaan kehamilan terdapat proteinuria, sedimen
yang tidak normal, dan hipertensi.
Suatu cirri
tetap maikin buruknya fungsi ginjal karena makin lama makin banyak kerusakan
yang diderita oleh glomerulus-glomerulus ginjal. Penyakit ini dapat menampakan
diri dalam 4 macam :
·
Hnaya terdapat proteinuria
menetap tanpa kelainan sedimen
·
Dapat menjadi jelas sebagai
sindroma nefrotik
·
Berntuknya mendadak seperti pada
glomerulonefritis akuta
·
Gagal ginjal sebagai penjelmaan
pertama.
Keempat-empatnya dapat
menimbulkan gejala-gejala insufisiensi ginjal dan penyakit kardiovaskuler
hipertensif.
Prognosis bagi
ibu akhirnya buruk ada yang segera meninggal dan ada yang agak lama. Hal itu
tergantung dari luasnya kerusakan ginjal waktu diagnosis dibuat dan ada atau
tidaknya adanya faktor-faktor yang mempercepat proses penyakit.
Prognosis bagi
janin salam kasus tertentu tergantung pada fungsi ginjal dan derajat
hipertensi. Wanita dengan fungsi ginjal yang cukup baik tanpa hipertensi yang
berarti dapat melanjutkan kehamilan sampai cukup bulan walaupun biasanya
bayinya lahir dismatur akibat insufisiensi plasenta. Apabila penyakit sudah
berat, apalagi disertai tekanan darah yang sangat tinggi, biasanya kehamilan
berakhir dengan abortus, partus prematurus, atau janin mati dalam kandungan.
2.5
Efek
Samping pada Kehamilan, persalinan
Beberapa pengaruh infeksi traktus urinalis pada kehamilan adalah sebagai
berikut :
1.
Terjadi insiden kelahiran
preterm, mortalitas perinatal meningkat dan peningkatan insiden bayi berat
lahir rendah ( BBLR )
2.
Terdapat peningkatan insiden
anemia dan hipertensi kehamilan
2.6
Pemeriksaan Laboratorium
Semua wanita
hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium urin secara mikroskopik,
tampak peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, bakteri dan spesimen
urin. Untuk menghindari kontaminasi, pesimen urin diambil dari aliran tengah
(mid - stream) setelah daerah genetalia eksterna dicuci terlebih dahulu. Kultur
bakteri dan tes kepekaan antibiotika bila dimungkinkan sebaiknya diperiksa.
2.7
Penanganan
1.
wanita hamil dengan infeksi ini
harus di rawatinapkan. Karena penderita sering mengalami mual dan muntah,
mereka umumnya datang dengan keadaan dehidrasi.
2.
Bila penderita dalam keadaan
syok, lakukan tindakan yang sesuai untuk mengatasi syok tersebut. Segera
lakukan pemasangan infus untuk restorasi cairan dan pemberian medikamentosa.
Pantau tanda vital dan diuresis secara berkala.
3.
Bila terjadi ancaman partus
prematurus, lakukan pemberian antibiotika seperti yang telah diuraikan di atas
dan penatalaksanaan partus prematurus.
4.
Lakukan pemeriksaan urinalisis dan biakan ulangan.
5.
Terapi antibiotika sebaiknya
diberikan secara intravena. Ampisilin bukan merupakan pilihan utama karena
sebagian besar mikroorganisme penyebab terbukti resisten terhadap antibiotika
jenis ini.
6.
Walaupun golongan aminoglikosida
cukup efektif tetapi pemberiannya harus dengan memperhatikan kemampuan ekskresi
kreatinin karena pada pielonefritis akut, sering terjadi gangguan fungsi ginjal
secara temporer.
7.
Terapi kombinasi antibiotika yang
efektif adalah gabungan sefoksitin 1-2 gram intravena setiap 6 jam dengan
gentamisin 80 mg intravena setiap 12 jam. Ampisilin 2 gram/siproksin 2 gram intravena
dan gentamisin 2x80 mg.
8.
Bila setelah penanganan yang
adekuat dalam 48 jam pertama, ternyata sebagian gejala masih ada, pertimbangkan
kemungkinan mikroorganisme resisten terhadap antibiotika yang diberikan,
nefrolitiasis, abses perinefrikata obstruksi sekunder akibat kehamilan.
2.8
Pengobatan (sesuai advis dokter)
Para ahli
menganjurkan untuk memberikan terapi antibiotika. Beberapa kajian terapi
antibiotika untuk bakteri uria asimptomatik.
Nama Obat
|
Dosis
|
Angka Keberhasilan
|
Amoxilain + Asam Klavulanat
|
3x500 mg/hari
|
92%
|
Amoxillin
|
4 x 250 mg/hari
|
80%
|
Nitrofurantoin
|
4 x 50 – 100 mg/hari
|
72%
|
Terapi antibiotika untuk pengobatan bakteri uria
asimptomatik, biasanya diberikan untuk jangka 5 – 7 hari secara oral. Sebagai
kontrol hasil pengobatan, dapat dilakukan pemeriksaan ulangan biakan
bakteriologik air kemih.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih
dari 10.000 per ml. urine yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari
aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan
bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan istilah
bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria
asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang disebut bakteriuria
simptomatik (Sarwono, 2005).
·
Klasifikasi
Infeksi Traktus Urinarius
o
Bakteri tanpa gejala
(Asimptomatik)
o
Bakteriuria dengan gejala
(Simptomatik)
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY …. GPAPIAH
DENGAN INFEKSI TRAKTUS URINARIUS
DI BPM ….
OLEH MAHASISWA
I. PENGKAJIAN
Hari/tanggal :
Jam :
A.
Data Subyektif
1.
Identitas
Istri
Suami
Nama : Ny. “…” Nama :
Tn, “…”
Umur : Umur :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Suku/Bangsa : Suku/Bangsa :
Alamat :
2.
Keluhan utama
Sering mengalami
tidak dapat menahan untuk kencing, nyeri saat kencing terutama
pada akhir kencing
3.
Riwayat keluhan Utama
–
4.
Riwayat penyakit sekarang dan yang lalu
Anemia, hipertensi, pielonefritis kronik
glomerulonefritis kronik
5.
Riwayat Menstruasi
Menarche : -
Lama &
jumlah : -
Sifat darah
& bau : -
Siklus : -
Keluhan : -
HPHT : -
HPL : -
6.
Riwayat obstetri yang lalu
a.
Riwayat perkawinan :
-
b.
Riwayat kehamilan :
Pernah
abortus
c.
Riwayat persalinan : Persalinan
prematur
d.
Riwayat nifas :
-
7.
Riwayat Ginekologi
Penggunaan kateter dalam jangka pendek,
penggunaan kateter yang lebih lama
8.
Riwayat kehamilan sekarang
9.
Riwayat Keluarga
a.
Riwayat keturunan, genetika
-
b.
Riwayat keturunan kembar
-
10. Riwayat kontrasepsi
-
11. Riwayat psikososial
a.
Verbal
Ibu mengatakan saat ini merasa khawatir dengan
kehamilannya dan berharap agar kondisi bayinya baik-baik saja.
b.
Non verbal
Ibu terlihat
cemas saat menjawab pertanyaan dari petugas kesehatan.
12. Pemeliharaan kesehatan, penyakit dan pengobatan (sebelum dan selama
hamil)
a.
Alergi : -
b.
Pola-pola
·
Tidur dan istirahat
sering bangun di tengah tidur nyenyak hanya untuk kencing
·
Makan dan Minum
kurang minum, nafsu makan berkurang
·
Eliminasi BAB dan BAK
Terlalu lama menahan kencing, kebutuhan untuk buang air kecil lebih sering dari
biasanya, peningkatan frekuensi berkemih
·
Aktivitas
-
·
Personal hygiene
Kebiasaan cebok yang salah (dari
belakang ke depan), Penggunaan
toilet yang tidak bersih
·
Stress Adaptasi
-
·
Seksual
-
c.
Pemeliharaan kesehatan
-
d.
Keadaan Lingkungan Rumah
-
B. Data Obyektif
1.
Pengukuran fisik
·
TTV
TD : -
Nadi : -
RR : -
Suhu : > 37,5oC
·
TB : -
·
BB : -
·
LILA : -
2.
Pemeriksaan keadaan umum
ROS : -
OBS : -
3.
Muka dan kepala
ROS : -
OBS : -
4.
Cardiorespiratory
ROS : -
OBS : -
5.
Abdomen (OBS)
ROS : -
OBS : nyeri
pada abdomen bagian bawah
·
Inspeksi
·
Palpasi
Leopold I : -
Leopold II : -
Leopold III : -
Leopold IV : -
·
Auskultasi : -
DJJ : -
·
TFU : -
·
EFW : -
6.
Genito urinaria dan genetalia
eksterna
ROS: Nyeri saat
buang air kecil, sering tidak dapat menahan saat buang air kecil, air kemih
kadang terasa panas.
OBS : Nyeri pada daerah supra pubic, terdapat darah
dalam urine
7.
Ekstremitas atas
ROS : -
OBS : -
8.
Ekstremitas bawah
ROS : -
OBS : -
C. Pemeriksaan penunjang :
a.
Darah
·
Gol.darah : -
·
HB : -
b.
Urine
·
Protein urin : -
·
Glukosa urin : -
·
Leukosit meningkat
·
Tampak bakteri dan spesimen urine
II. DIAGNOSA KEBIDANAN
GPAPIAH, UK .... dengan infeksi traktus urinarius.
Masalah :
-
Keluhan fisiologis :
-
Kebutuhan :
-
DS : Ibu mengatakan
·
Mengalami demam,nyeri saat
buang air kecil, sering tidak dapat menahan saat buang air kecil, air kemih
kadang terasa panas.
·
Riwayat penyakit sekarang dan yang
lalu infeksi traktus urinarius yang menyebabkan infeksi ginjal dan pembentukan abses ginjal.
·
Kebutuhan untuk buang air kecil
lebih sering dari biasanya, peningkatan frekuensi berkemih.
·
Sering bangun di tengah tidur
nyenyak hanya untuk kencing.
DO : Pemeriksaan fisik
·
TTV: TD: - Nadi : -
RR: - Suhu : demam (>37,5oC)
·
Abdomen : Nyeri pada abdomen bagian bawah
·
Genito urinaria dan genetalia
eksterna : Nyeri pada
daerah supra pubic, terdapat darah dalam urine
·
Pemeriksaan laboratorium : Tampak bakteri dan spesimen urine dan leukosit meningkat
III. INTERVENSI
Tujuan Jangka Pendek
Setelah dilakukan Asuhan kebidanan ± 1 jam diharapakan ibu dan
keluargamengerti tentang keadaannya saat ini, dengan infeksi traktus urinarius,
dengan kriteria hasil:
1)
Ibu dan keluarga mengerti dan dapat menerima kehamilan ibu
dengan infeksi traktus urinarius
2)
Penanganan awal telah dilakukan
3)
Kolaborasi dengan dokter
Tujuan Jangka
Panjang
Setelah
dilakukan asuhan kebidanan selama ± 3 hari diharapkan infeksi traktus
urinarius dapat tertangani, K/U ibu dan janin baik, dengan kriteria hasil:
1)
Perencanaan untuk tindakan rujukan sudah dilakukan
2)
TTV dalam keadaan normal
·
Nadi : 60 – 100
x/menit
·
RR : 16 – 20
x/menit
·
Suhu : 36,5 – 37,5o
C
·
TD : 110/70 –
140/90 mmHg
3)
Kondisi janin :
·
Gerak janin > 3 kali dalam 3 jam terakhir
·
DJJ : 120 – 160 kali per menit
Rencana
Tindakan
1.
Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini.
R/ informasi yang cukup dapat
mengurangi kecemasan dan meningkatkan sikap kooperatif ibu
dengan tindakan bidan.
2.
Jelaskan pada ibu tentang penyebab dan penanganan dari infeksi
traktus urinarius.
R/ informasi yang cukup agar
ibu dapat memahami, menangani dan mengantisipasi masalah yang dirasakan.
3.
Lakukan kolaborasi dengan dokter
R/ tindakan yang akan
dilakukan bukan wewenang bidan dan tidak termasuk standart pelayanan kebidanan,
sehingga dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk melakukan tindakan.
4.
Berikan dukungan emosional pada ibu dan keluarga
R/ dengan memberikan
dukungan pada ibu, ibu merasa dihargai dan diperhatikan oleh bidan sehingga
dapat mengurangi kecemasan ibu dan keluarga
5.
Berikan HE pada ibu dan keluarga
R/ Pengetahuan yang cukup dapat membantu
pemulihan ibu
6.
Lakukan persiapan rujukan
R/ persiapan rujukan dilakukan agar rujukan berjlan
dengan lancar
IV. IMPLEMENTASI
1.
Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat
ini yakni ibu dalam kondisi yang kurang baik, ibu sedang mengalami infeksi
traktus urinarius.
2. Menjelaskan pada ibu
penyebab infeksi traktus urinarius adalah penyebaran
kuman secara endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih
yang terinfeksi.
Penanganan infeksi traktus urinarius yaitu:
·
Wanita hamil dengan infeksi ini harus
di rawatinapkan. Karena penderita sering mengalami mual dan muntah, mereka
umumnya datang dengan keadaan dehidrasi.
·
Bila penderita dalam keadaan syok,
lakukan tindakan yang sesuai untuk mengatasi syok tersebut. Segera lakukan
pemasangan infus untuk restorasi cairan dan pemberian medikamentosa. Pantau
tanda vital dan diuresis secara berkala.
·
Bila terjadi ancaman partus
prematurus, lakukan pemberian antibiotika seperti yang telah diuraikan di atas
dan penatalaksanaan partus prematurus.
·
Lakukan pemeriksaan urinalisis dan
biakan ulangan.
·
Terapi antibiotika sebaiknya
diberikan secara intravena. Ampisilin bukan merupakan pilihan utama karena
sebagian besar mikroorganisme penyebab terbukti resisten terhadap antibiotika
jenis ini.
·
Walaupun golongan aminoglikosida
cukup efektif tetapi pemberiannya harus dengan memperhatikan kemampuan ekskresi
kreatinin karena pada pielonefritis akut, sering terjadi gangguan fungsi ginjal
secara temporer.
·
Terapi kombinasi antibiotika yang
efektif adalah gabungan sefoksitin 1-2 gram intravena setiap 6 jam dengan
gentamisin 80 mg intravena setiap 12 jam. Ampisilin 2 gram/siproksin 2 gram
intravena dan gentamisin 2x80 mg.
·
Bila setelah penanganan yang adekuat
dalam 48 jam pertama, ternyata sebagian gejala masih ada, pertimbangkan
kemungkinan mikroorganisme resisten terhadap antibiotika yang diberikan,
nefrolitiasis, abses perinefrikata obstruksi sekunder akibat kehamilan
3.
Memberikan motivasi kepada ibu agar meyiapkan mental dan
biaya untuk tindakan rujukan dan menganjurkan ibu untuk control ulang jika
sewaktu-waktu ada keluhan.
4.
Memberikan HE pada ibu dan keluarga untuk:
a.
banyak minum minimal 8 gelas per hari
b.
segera BAK jika ada dorongan ingin kencing
c.
menjaga kebersihan pada daerah kemaluan
d.
cebok setiap kali setelah BAB/BAK dari depan ke belakang
e.
menggunakan celana dalam yang menyerap keringat dan
segera ganti apabila basah
f.
dampak infeksi traktus urinarius bagi janin yaitu: kelahiran
prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR)
5.
Mempersiapkan rujukan ke rumah sakit dengan
melakukan BAKSOKUDA yaitu Bidan harus siap antar ibu ke rumah sakit, Alat-alat
yang akan dibawa saat perjalanan rujukan, Kendaraan yang akan mengantar ibu ke
rumah sakit, Surat rujukan disertakan, Obat-obat seperti cairan infus, Keluarga
harus diberitahu dan mendampingi ibu saat dirujuk, Uang untuk pembiayaan
dirumah sakit, Donor darah.
V. EVALUASI
Tanggal: Jam:
S :
Ibu
mengatakan sudah mengerti tentang
:
-
Kondisi kehamilannya saat ini sedang mengalami infeksi traktus
urinarius.
-
Penyebab dan penanganan infeksi traktus urinarius.
O :
Ibu
dapat menjelaskan kembali dengan bantuan bidan tentang :
-
Kondisi kehamilannya saat ini sedang mengalami infeksi traktus
urinarius
-
Penyebab dan penanganan infeksi traktus urinarius
A : Informasi tentang
kondisi kehamilannya saat ini, penyebab dan penanganan infeksi traktus urinarius telah
tersampaikan serta perencanaan tindakan rujukan sudah dilakukan.
P :
-
Motivasi ibu untuk merealisasikan apa yang dianjurkan oleh
Bidan dan Dokter secara mandiri di rumah.
-
Persiapkan ibu untuk tindakan rujukan, kolaborasi dengan
dokter
DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN
KEBIDANAN IV ( PATOLOGI KEBIDANAN ) penerbit Trans Info Media Jakarta 2010.
Ilmu
kebidanan : YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO, Jakarta 2006.
http.www.infeksi
trkatus urinarius.com