Akbid Siti Khodijah

Akbid Siti Khodijah
Akbid Siti Khodijah

Selasa, 04 November 2014

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
     Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urine yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang disebut bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2005).
Sekitar 15% wanita, mengalami (paling sedikit) satu kali serangan akut infeksi Traktus Urinarius selama hidupnya. Sebagian besar infeksi tersebut adalah asimptomatik, angka kejadiannya pada wanita hamil adalah 5%-6% dan meningkat sampai 10%pada golonan resiko tinggi.
Walaupun infeksi dapat terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh darah dan limfe, akan tetapi yang terbanyak dan tersering adalah kuman-kuman naik ke atas melalui uretra, ke dalam kandung kemih dan sakuran kemih yang lebih atas. Organisme penyebab infeksi ini berasal dari flora normal. Sekitar 90% dari strain E.coli yang menyebabkan pyelonefritis nonobstuktif, di samping kemungkinan kuman-kuman lain Enterobacter aerogenes, klebsiella, pseudomonas dan lain-lain.Walaupun kehamilan tidak meningkatkan virulensi dari bakterinya, tetapi stasis urin dan refluk vesikoureteral dapat menjadi predisposisi infeksi pada infeksi pada traktus urinarius atas.
Ada beberapa infeksi yang umumnya ditemui pada kehamilan. Yang paling sering adalah infeksi asimptomatik, sedangkan pada simptomatik yang terjadi di traktus urinarius bawah menyebabkan cystitis.
Wanita hamil rentan tehadap infeksi traktus urinarius, yang disebabkan oleh hydronefhrosis yang dapat menyebabkan urinaristrasis. Adanya bakteri dalam urin di anggap signifikan saat urin yang di ambil spesimennya mengandung lebih dari 10.000 per ml yaitu 50.000 bakteri dari spesies yang sama tiap mL. hal tersebut berarti adanya gejala Cystitis dan pyuria.



1.2  Tujuan
1.      Untuk mengetahi definisi dari Infeksi Traktus Urinarius.
2.      Untuk mengetahui patofisiologi dari Infeksi Traktus Urinarius.
3.      Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Infeksi Traktus Urinarius.
4.      Untuk mengetahui komplikasi dari Infeksi Traktus Urinarius.
5.      Untuk mengetahui efek samping dari Infeksi Traktus Urinarius.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi
Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandung kemih yang umumnya steril. (Arif mansjoer, 2001)
        Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Corwin, 2001 : 480)
        Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan pada manifestasi bakteri pada saluran kemih (Engram, 1998 : 121).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangnya mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus / mikroorganisme lain.
Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urine yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang disebut bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2005).
Infeksi saluran kencing merupakan komplikasi medik utama pada wanita hamil. Sekitar 15% wanita, mengalami satu kali serangan akut infeksi saluran kencing selama hidupnya. Infeksi saluran kencing dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin, dampak yang ditimbulkan antara lain anemia, hipertensi, kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR).


2.2  Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:
1.      Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang terinfeksi.
2.      Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari suplay jantung ke ginjal.
3.      Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui helium ginjal.
4.      Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending. Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi.

Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara mendapat pengobatan imun supresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya infeksi di salah satu tempat misalnya infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di tempat lain. Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa terjadi oleh adanya refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme yang melalui ureter naik ke ginjal untuk menyebabkan infeksi.
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.

2.3  Etiologi
Infeksi traktus urinarius merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling sering terjadi disekitar 40% dari seluruh infeksi pada Rumah Sakit setiap tahunnya. Organisme yang menyerang bagian tertentu sistem urine menyebabkan infeksi saluran kencing yaitu ginjal (Pielonefritis), kandung kemih (Sistitis), atau urine (Bakteriuria).
Salah satu penyebaranya organismenya dapat melalui :
1.      penggunaan kateter dalam jangka pendek
2.      penggunaan kateter yang lebih lama 
3.      Terlalu lama menahan kencing
4.      Kurang minum
5.      Penggunaan toilet yang tidak bersih
6.      Kebiasaan cebok yang salah (dari belakang ke depan)

2.4  Klasifikasi Infeksi Traktus Urinarius
Infeksi traktus urinarius dapat di klasifikasikan menjadi 2 bagian :
1.      Bakteri tanpa gejala (Asimptomatik)
Ditemukan bakteri sebanyak >100.000 per ml air seni dari sediaan air seni “mid stream”. Angka kejadian bakteriuria Asimptomatik dalam kehamilan sama seperti wantita usia reproduksi yang seksual aktif dan non-pregnan sekitar 2-10%. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan peningkatan kejadian anemia pada kehamilan, persalinan premature, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas bakteri yang dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali.
Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian :
·         Ampisilin 3 X 500 mg selama 7 – 10 hari
·           Sulfonamid
·           Cephalosporin
·         Nitrofurantoin 4x50-100 mg/ hari
2.      Bakteriuria dengan gejala (Simptomatik)
a.       SISTITIS
Adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang pada bagian atas saluran kemih. Sistitis ini cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan masa nifas. Kuman penyebabnya yaitu E. coli dan kuman-kuman yang lain. Faktor predisposisi lain adalah uretra yang pendek, adanya sisa air kemih yang tertinggal disamping penggunaan kateter yang sering dipakai untuk ginekologi atau persalinan, sehingga kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada di uretra distal yang masuk dalam kandung kemih. Dianjurkan untuk tidak menggunakan katetr bila tidak perlu.
ü  Gejala :
·      Disuria (kencing sakit) terutama pada akhir berkemih
·      Sering berkemih, nyeri bagian atas simfisis
·      Sering tidak dapat menahan untuk berkemih
·      Air kemih kadang-kadang terasa panas
ü  Gejala Sistemik :
·      Suhu badan meningkat (Demam)
·      Nyeri pinggang
ü  Sisitis dapat diobati dengan :
·      Sulfonamid
·      Ampisilin
·      Eritromisin

Perlu diperhatikan obat-obat lain yang baik digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih, akan tetapi mempunyai pengaruh tidak baik untuk janin ataupun bagi ibu.
Penanganan :
·         Penanganan secara umum yakni dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk banyak minum. Atur frekuensi berkemih untuk mengurangi rasa nyeri, spasme dan rangsangan untuk selalu berkemih (dengan jumlah urine yang minimal). Makin sering berkemih, nyeri dan spasme akan makin bertambah.
·         Apabila antibiotika tunggal kurang memberi manfaat, berikan antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut berupa jenis ataupun cara pemberiannya, seperti amoksilin 4x250 mg per oral digabung dengan Gentamisin 2x80 mg secara IM selama 10-14 hari.

b.      PIELONEFRITIS AKUTA
Merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai terjadi pada 1%-2% kehamilan terutama pada trimester III dan permulaan masa nifas. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, Stafilokokkus aureus, Basillus proteus, dan Pseudomonas aeruginosa. Predisposisinya antara lain penggunaan kateter untuk mengeluarkan air kemih waktu persalinan atau kehamilan, air kemih yang tertahan sebab perasaan sakit waktu berkemih karena trauma persalinan, dan luka pada jalan lahir. Penderita yang menderita pielonefritis kronik atau glomerulonefritis kronik yang sudah ada sebelum kehamilan, sangat mendorong terjadinya pielonefritis akuta ini.
ü  Gejala penyakitnya :
·         Mual dan muntah
·         Nyeri pinggang
·         Demam tinggi dan menggigil sekitar 85% suhu tubuh melebihi 380C dan sekitar 12% suhu tubuh mencapai 400C.
·         Keluhan sistitis ( merasa sakit pada kandung kemih)
·         Nafsu makan berkurang
·         Kadang – kadang diare
·         Jumlah urin sangat berkurang (Oliguria)
ü  Pengobatan Pielonefritis dengan cara :
·         Penderita harus dirawat
·         Istirahat berbaring
·         diberi cukup cairan infuse RL
·         Observasi persalinan preterm
Biasanya pengobatan berhasil baik, walapun kadang-kadang penyakit ini dapat timbul lagi. Pengobatan sedikitnya dilanjutkan selama 10 hari dan penderita harus diawasi akan kemungkinan berulang kembali. Prognosis bagi ibu umumnya cukup baik bila pengobatan cepat dan tepat diberikan, sedangkan pada hasil konsepsi seringkali menimbulkan keguguran atau persalinan prematur.

c.       PIELONEFRITIS KRONIKA
Biasanya tidak atau sedikit sekali menunjukan gejala penyakit saluran kemih dan merupakan predisposisi terjadinya pielonefritis akuta dalam kehamilan. Penderita akan menderita tekanan darah tinggi. Prognosis bagi ibu dan janin tergantung dari luasnya kerusakan jaringan ginjal. Penderita yang hipertensi dan insufisiensi ginjal mempunyai prognosis buruk  karena penderita ini sebaiknya tidak hamil akibat resiko tinggi.Perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan pada penderita yang menderita pielonefritis kronika.

d.      GAGAL GINJAL
Gagal ginjal adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat sebelumnya dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif serta kenaikan ureum dan kreatinin darah. ( Imam Parsoedi dan Ag. Soewito : ilmu penyakit dalam).
Gagal ginjal mendadak dalam kehamilan merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian atau kerusakan fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam 1300-1500 kehamilan. Penderita yang mengalami sakit gagal ginjal mendadak ini sering dijumpai pada 12-18 minggu, dan kehamilan telah cukup bulan.
Pada kehamilan muda sering disebabkan oleh abortus septik yang disebabkan oleh bakteri Chlostirida welchii atau Streptokokkus. Tanda-tandanya oliguria mendadak dan azosthemia serat pembekuan darah intravaskuler sehingga terjadi nekrosis tubular yang akut. Keruskan ini dapat sembuh bila tubulus tidak terlalu luas dalam waktu 10-14 hari. Sering kali dilakukan tindakan Histerektomi untuk mengatasinya tetapi ada yang tidak perlu untuk dianjurkan untuk melakukan histerektomi asal penderita diberikan antibiotika yang adekuat dan intensif secara terus menerus sampai ginjal membaik. Jika nekrosis kortikal yang bilateral dapat dihubungkan dengan solusio plasenta, pre-eklampsia berat atau eklampsia, kematian janin dalam kandungan yang lama, emboli air ketuban atau bahkan perdarahan banyak yang dapat menimbulkan iskemi.
Pada masa nifas sulit diketahui sebabnya, sehingga disebut sindrom ginjal idiopatik postpartum. Penanggulangannya diberi cairan infus atau tranfusi darah, diperhatikan keseimbangan elektrolit dan cairan segera lakukan hemodialisis bila ada tanda-tanda uremia. Banyak penderita membutuhkan hemodialisis secara teratur atau dilakukan transplatasi ginjal untuk ginjal yang tetap gagal.
ü  Gagal ginjal dalam kehmilan dapat dicegah bila dilakukan :
·         Penanganan kehamilan dan persalinan dengan baik
·         Perdarahan, Syok, dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan baik
·         Pemberian tarnfusi darah dengan hati-hati.

e.       GLOMERULONEFRITIS AKUTA
Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Penyakit ini dapat timbul setiap saat dalam kehamilan. Penyebab biasanya Streptococcus beta-haemolyticus jenis A. Gambaran klinik ditandai oleh timbulnya hematuria dengan tiba-tiba, udema dan hipertensi pada penderita sebelumnya tampak sehat. Kemudian sindroma ditambah dengan oliguria sampai anuria, nyeri kepala, dan mundurnya visus ( retinitis albuminika). Pengobatan sama dengan di luar kehamilan dengan perhatian khusus, istirahat, diet yang sempurna dan rendah garam serta keseimbangan cairan elektrolit.
Untuk pemberantasan infeksi cukup diberi penisilin, karena strepcoccus peka terhadap penisilin. Apabila tidak berhasil maka harus dipakai antibiotika yang sesuai dengan hasil tes kepekaan. Biasanya penderita sembuh tanpa sisa-sisa penyakit dan fungsi ginjal akan tetap baik. Kehamilan dapat berlangsung sampai lahirnya anak hidup, dan apabila diinginkan wanita boleh hamil lagi di kemudian hari. Kehamilan tidak mempengaruhi jalan penyakit, sebaliknya glomerulonefritis akuta akan mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi terutama yang disertai tekanan darah yang sangat tinggi dan insufisiensi ginjal, dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus dan kematian janin.

f.       GLOMERULONEFRITIS KRONIKA
Wanita hamil dengan glumerulonefritis kronika sudah menderita penyakit isu beberapa tahun sebelumnya. Karena itu pada pemeriksaan kehamilan terdapat proteinuria, sedimen yang tidak normal, dan hipertensi.
Suatu cirri tetap maikin buruknya fungsi ginjal karena makin lama makin banyak kerusakan yang diderita oleh glomerulus-glomerulus ginjal. Penyakit ini dapat menampakan diri dalam 4 macam :
·      Hnaya terdapat proteinuria menetap tanpa kelainan sedimen
·      Dapat menjadi jelas sebagai sindroma nefrotik
·      Berntuknya mendadak seperti pada glomerulonefritis akuta
·      Gagal ginjal sebagai penjelmaan pertama.
Keempat-empatnya dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi ginjal dan penyakit kardiovaskuler hipertensif.
Prognosis bagi ibu akhirnya buruk ada yang segera meninggal dan ada yang agak lama. Hal itu tergantung dari luasnya kerusakan ginjal waktu diagnosis dibuat dan ada atau tidaknya adanya faktor-faktor yang mempercepat proses penyakit.
Prognosis bagi janin salam kasus tertentu tergantung pada fungsi ginjal dan derajat hipertensi. Wanita dengan fungsi ginjal yang cukup baik tanpa hipertensi yang berarti dapat melanjutkan kehamilan sampai cukup bulan walaupun biasanya bayinya lahir dismatur akibat insufisiensi plasenta. Apabila penyakit sudah berat, apalagi disertai tekanan darah yang sangat tinggi, biasanya kehamilan berakhir dengan abortus, partus prematurus, atau janin mati dalam kandungan.

2.5  Efek Samping pada Kehamilan, persalinan
Beberapa pengaruh infeksi traktus urinalis pada kehamilan adalah sebagai berikut :
1.      Terjadi insiden kelahiran preterm, mortalitas perinatal meningkat dan peningkatan insiden bayi berat lahir rendah ( BBLR )
2.      Terdapat peningkatan insiden anemia dan hipertensi kehamilan

2.6  Pemeriksaan Laboratorium
Semua wanita hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium urin secara mikroskopik, tampak peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, bakteri dan spesimen urin. Untuk menghindari kontaminasi, pesimen urin diambil dari aliran tengah (mid - stream) setelah daerah genetalia eksterna dicuci terlebih dahulu. Kultur bakteri dan tes kepekaan antibiotika bila dimungkinkan sebaiknya diperiksa.

2.7  Penanganan
1.      wanita hamil dengan infeksi ini harus di rawatinapkan. Karena penderita sering mengalami mual dan muntah, mereka umumnya datang dengan keadaan dehidrasi.
2.      Bila penderita dalam keadaan syok, lakukan tindakan yang sesuai untuk mengatasi syok tersebut. Segera lakukan pemasangan infus untuk restorasi cairan dan pemberian medikamentosa. Pantau tanda vital dan diuresis secara berkala.
3.      Bila terjadi ancaman partus prematurus, lakukan pemberian antibiotika seperti yang telah diuraikan di atas dan penatalaksanaan partus prematurus.
4.       Lakukan pemeriksaan urinalisis dan biakan ulangan.
5.      Terapi antibiotika sebaiknya diberikan secara intravena. Ampisilin bukan merupakan pilihan utama karena sebagian besar mikroorganisme penyebab terbukti resisten terhadap antibiotika jenis ini.
6.      Walaupun golongan aminoglikosida cukup efektif tetapi pemberiannya harus dengan memperhatikan kemampuan ekskresi kreatinin karena pada pielonefritis akut, sering terjadi gangguan fungsi ginjal secara temporer.
7.      Terapi kombinasi antibiotika yang efektif adalah gabungan sefoksitin 1-2 gram intravena setiap 6 jam dengan gentamisin 80 mg intravena setiap 12 jam. Ampisilin 2 gram/siproksin 2 gram intravena dan gentamisin 2x80 mg.
8.      Bila setelah penanganan yang adekuat dalam 48 jam pertama, ternyata sebagian gejala masih ada, pertimbangkan kemungkinan mikroorganisme resisten terhadap antibiotika yang diberikan, nefrolitiasis, abses perinefrikata obstruksi sekunder akibat kehamilan.

2.8  Pengobatan (sesuai advis dokter)
Para ahli menganjurkan untuk memberikan terapi antibiotika. Beberapa kajian terapi antibiotika untuk bakteri uria asimptomatik.
Nama Obat
Dosis
Angka Keberhasilan
Amoxilain + Asam Klavulanat
3x500 mg/hari
92%
Amoxillin
4 x 250 mg/hari
80%
Nitrofurantoin
4 x 50 – 100 mg/hari
72%

Terapi antibiotika untuk pengobatan bakteri uria asimptomatik, biasanya diberikan untuk jangka 5 – 7 hari secara oral. Sebagai kontrol hasil pengobatan, dapat dilakukan pemeriksaan ulangan biakan bakteriologik air kemih.









BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
·         Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urine yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang disebut bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2005).
·         Klasifikasi Infeksi Traktus Urinarius
o   Bakteri tanpa gejala (Asimptomatik)
o   Bakteriuria dengan gejala (Simptomatik)


 ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY …. GPAPIAH
DENGAN INFEKSI TRAKTUS URINARIUS
DI BPM ….
OLEH MAHASISWA
           
I.     PENGKAJIAN
Hari/tanggal            :
Jam             :
A.      Data Subyektif
1.      Identitas
Istri                                                                  Suami
Nama               : Ny. “…”                                Nama               : Tn, “…”
Umur               :                                               Umur               :
Agama             :                                               Agama             :
Pendidikan      :                                               Pendidikan      :
Pekerjaan         :                                               Pekerjaan         :
Suku/Bangsa   :                                               Suku/Bangsa   :
Alamat             : 

2.      Keluhan utama
Sering mengalami tidak dapat menahan untuk kencing, nyeri saat kencing terutama pada akhir kencing

3.      Riwayat keluhan Utama

4.      Riwayat penyakit sekarang dan yang lalu
Anemia, hipertensi, pielonefritis kronik glomerulonefritis kronik

5.      Riwayat Menstruasi
Menarche                     : -
Lama & jumlah            : -
Sifat darah & bau        : -
Siklus                           : -
Keluhan                       : -
HPHT                          : -
HPL                             : -

6.      Riwayat obstetri yang lalu
a.       Riwayat perkawinan        : -
b.      Riwayat kehamilan          : Pernah abortus
c.       Riwayat persalinan           : Persalinan prematur
d.      Riwayat nifas                   : -

7.      Riwayat Ginekologi
Penggunaan kateter dalam jangka pendek, penggunaan kateter yang lebih lama

8.      Riwayat kehamilan sekarang
-

9.      Riwayat Keluarga
a.       Riwayat keturunan, genetika
-
b.      Riwayat keturunan kembar
-

10.  Riwayat kontrasepsi
-
     
11.  Riwayat psikososial
a.       Verbal
Ibu mengatakan saat ini merasa khawatir dengan kehamilannya dan berharap agar kondisi bayinya baik-baik saja.
b.      Non verbal
Ibu terlihat cemas saat menjawab pertanyaan dari petugas kesehatan.

12. Pemeliharaan kesehatan, penyakit dan pengobatan (sebelum dan selama hamil)
a.       Alergi : -
b.      Pola-pola
·    Tidur dan istirahat
sering bangun di tengah tidur nyenyak hanya  untuk kencing

·         Makan dan Minum
kurang minum, nafsu makan berkurang

·         Eliminasi BAB dan BAK
Terlalu lama menahan kencing, kebutuhan untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, peningkatan frekuensi berkemih

·         Aktivitas
-

·         Personal hygiene
Kebiasaan cebok yang salah (dari belakang ke depan), Penggunaan toilet yang tidak bersih


·         Stress Adaptasi
-

·         Seksual
-

c.       Pemeliharaan kesehatan
-
d.      Keadaan Lingkungan Rumah
-

B.     Data Obyektif
1.      Pengukuran fisik
·         TTV
TD     : -
Nadi  : -
RR     : -
Suhu  : > 37,5oC
·         TB     : -
·         BB     : -
·         LILA : -

2.      Pemeriksaan keadaan umum
ROS : -
OBS : -

3.      Muka dan kepala
ROS : -
OBS : -

4.      Cardiorespiratory
ROS : -
OBS : -

5.      Abdomen (OBS)
ROS : -
OBS : nyeri pada abdomen bagian bawah
·         Inspeksi
·         Palpasi
Leopold I      : -
Leopold II     : -
Leopold III   : -
Leopold IV   : -
·         Auskultasi     : -
DJJ                : -
·         TFU               : -
·         EFW              : -

6.      Genito urinaria dan genetalia eksterna
ROS: Nyeri saat buang air kecil, sering tidak dapat menahan saat buang air kecil, air kemih kadang terasa panas.
OBS : Nyeri pada daerah supra pubic, terdapat darah dalam urine

7.      Ekstremitas atas
ROS : -
OBS : -

8.      Ekstremitas bawah
ROS : -
OBS : -

C.     Pemeriksaan penunjang :
a.       Darah
·         Gol.darah      : -
·         HB                : -
b.      Urine
·         Protein urin   : -
·         Glukosa urin  : -
·         Leukosit meningkat
·         Tampak bakteri dan spesimen urine

II.  DIAGNOSA KEBIDANAN
GPAPIAH, UK .... dengan infeksi traktus urinarius.
Masalah                  : -
Keluhan fisiologis  : -
Kebutuhan              : -

DS  : Ibu mengatakan
·         Mengalami demam,nyeri saat buang air kecil, sering tidak dapat menahan saat buang air kecil, air kemih kadang terasa panas.
·         Riwayat penyakit sekarang dan yang lalu infeksi traktus urinarius yang menyebabkan infeksi ginjal dan pembentukan abses ginjal.
·         Kebutuhan untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, peningkatan frekuensi berkemih.
·         Sering bangun di tengah tidur nyenyak hanya untuk kencing.

DO : Pemeriksaan fisik
·         TTV: TD: -                                 Nadi    : -
RR: -                                 Suhu    : demam (>37,5oC)
·         Abdomen : Nyeri pada abdomen bagian bawah
·         Genito urinaria dan genetalia eksterna : Nyeri pada daerah supra pubic, terdapat darah dalam urine
·         Pemeriksaan laboratorium : Tampak bakteri dan spesimen urine dan leukosit meningkat
                                   
III.   INTERVENSI
Tujuan Jangka Pendek
Setelah dilakukan Asuhan kebidanan ± 1 jam diharapakan ibu dan keluargamengerti tentang keadaannya saat ini, dengan infeksi traktus urinarius, dengan kriteria hasil:
1)      Ibu dan keluarga mengerti dan dapat menerima kehamilan ibu dengan infeksi traktus urinarius
2)      Penanganan awal telah dilakukan
3)      Kolaborasi dengan dokter

Tujuan Jangka Panjang
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama ± 3 hari diharapkan infeksi traktus urinarius dapat tertangani, K/U ibu dan janin baik, dengan kriteria hasil:
1)      Perencanaan untuk tindakan rujukan sudah dilakukan
2)      TTV dalam keadaan normal
·         Nadi       : 60 – 100 x/menit
·         RR         : 16 – 20 x/menit
·         Suhu       : 36,5 – 37,5o C
·         TD          : 110/70 – 140/90 mmHg
3)      Kondisi janin :
·         Gerak janin > 3 kali dalam 3 jam terakhir
·         DJJ : 120 – 160 kali per menit

Rencana Tindakan
1.      Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini.
R/ informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan sikap kooperatif ibu dengan tindakan bidan.

2.      Jelaskan pada ibu tentang penyebab dan penanganan dari infeksi traktus urinarius.
R/ informasi yang cukup agar ibu dapat memahami, menangani dan mengantisipasi masalah yang dirasakan.

3.      Lakukan kolaborasi dengan dokter
R/ tindakan yang akan dilakukan bukan wewenang bidan dan tidak termasuk standart pelayanan kebidanan, sehingga dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk melakukan tindakan.

4.      Berikan dukungan emosional pada ibu dan keluarga
R/ dengan memberikan dukungan pada ibu, ibu merasa dihargai dan diperhatikan oleh bidan sehingga dapat mengurangi kecemasan ibu dan keluarga

5.      Berikan HE pada ibu dan keluarga
R/ Pengetahuan yang cukup dapat membantu pemulihan ibu

6.      Lakukan persiapan rujukan
R/ persiapan rujukan dilakukan agar rujukan berjlan dengan lancar

IV.   IMPLEMENTASI
1.      Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini yakni ibu dalam kondisi yang kurang baik, ibu sedang mengalami infeksi traktus urinarius.

2.      Menjelaskan pada ibu penyebab infeksi traktus urinarius adalah penyebaran kuman secara endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang terinfeksi.
Penanganan infeksi traktus urinarius yaitu:
·         Wanita hamil dengan infeksi ini harus di rawatinapkan. Karena penderita sering mengalami mual dan muntah, mereka umumnya datang dengan keadaan dehidrasi.
·         Bila penderita dalam keadaan syok, lakukan tindakan yang sesuai untuk mengatasi syok tersebut. Segera lakukan pemasangan infus untuk restorasi cairan dan pemberian medikamentosa. Pantau tanda vital dan diuresis secara berkala.
·         Bila terjadi ancaman partus prematurus, lakukan pemberian antibiotika seperti yang telah diuraikan di atas dan penatalaksanaan partus prematurus.
·         Lakukan pemeriksaan urinalisis dan biakan ulangan.
·         Terapi antibiotika sebaiknya diberikan secara intravena. Ampisilin bukan merupakan pilihan utama karena sebagian besar mikroorganisme penyebab terbukti resisten terhadap antibiotika jenis ini.
·         Walaupun golongan aminoglikosida cukup efektif tetapi pemberiannya harus dengan memperhatikan kemampuan ekskresi kreatinin karena pada pielonefritis akut, sering terjadi gangguan fungsi ginjal secara temporer.
·         Terapi kombinasi antibiotika yang efektif adalah gabungan sefoksitin 1-2 gram intravena setiap 6 jam dengan gentamisin 80 mg intravena setiap 12 jam. Ampisilin 2 gram/siproksin 2 gram intravena dan gentamisin 2x80 mg.
·         Bila setelah penanganan yang adekuat dalam 48 jam pertama, ternyata sebagian gejala masih ada, pertimbangkan kemungkinan mikroorganisme resisten terhadap antibiotika yang diberikan, nefrolitiasis, abses perinefrikata obstruksi sekunder akibat kehamilan

3.      Memberikan motivasi kepada ibu agar meyiapkan mental dan biaya untuk tindakan rujukan dan menganjurkan ibu untuk control ulang jika sewaktu-waktu ada keluhan.

4.      Memberikan HE pada ibu dan keluarga untuk:
a.       banyak minum minimal 8 gelas per hari
b.      segera BAK jika ada dorongan ingin kencing
c.       menjaga kebersihan pada daerah kemaluan
d.      cebok setiap kali setelah BAB/BAK dari depan ke belakang
e.       menggunakan celana dalam yang menyerap keringat dan segera ganti apabila basah
f.       dampak infeksi traktus urinarius bagi janin yaitu: kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR)

5.      Mempersiapkan rujukan ke rumah sakit dengan melakukan BAKSOKUDA yaitu Bidan harus siap antar ibu ke rumah sakit, Alat-alat yang akan dibawa saat perjalanan rujukan, Kendaraan yang akan mengantar ibu ke rumah sakit, Surat rujukan disertakan, Obat-obat seperti cairan infus, Keluarga harus diberitahu dan mendampingi ibu saat dirujuk, Uang untuk pembiayaan dirumah sakit, Donor darah.












V.  EVALUASI
Tanggal:                                                      Jam:
S     : Ibu mengatakan sudah mengerti tentang :
-          Kondisi kehamilannya saat ini sedang mengalami infeksi traktus urinarius.
-          Penyebab dan penanganan infeksi traktus urinarius.

O    : Ibu dapat menjelaskan kembali dengan bantuan bidan tentang :
-          Kondisi kehamilannya saat ini sedang mengalami infeksi traktus urinarius
-          Penyebab dan penanganan infeksi traktus urinarius

A    : Informasi tentang kondisi kehamilannya saat ini, penyebab dan penanganan infeksi traktus urinarius telah tersampaikan serta perencanaan tindakan rujukan sudah dilakukan.

P     :
-          Motivasi ibu untuk merealisasikan apa yang dianjurkan oleh Bidan dan Dokter secara mandiri di rumah.
-          Persiapkan ibu untuk tindakan rujukan, kolaborasi dengan dokter











DAFTAR PUSTAKA

ASUHAN KEBIDANAN IV ( PATOLOGI KEBIDANAN ) penerbit Trans Info Media Jakarta 2010.
Ilmu kebidanan : YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO, Jakarta 2006.

http.www.infeksi trkatus urinarius.com