Akbid Siti Khodijah

Akbid Siti Khodijah
Akbid Siti Khodijah

Selasa, 21 Oktober 2014

ISK (Infeksi Saluran Kemih)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15%.
Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam urin. Bakteriuria yang disertai dengan gejala saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatisbila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah.
Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat pengosonga kandung kemih kurang efektif , mobilitis menurun, pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik, sistem imunitas menurun. 
Baik seluler maupu humoral, adanya hambatan pada aliran urin,hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang kedokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk dalam 10 besar penyakit (data bulan Juli – Desember).
Infeksi saluran kemih terjadi adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince, 2005). Penggunaan kateter terkait dengan kemungkinan lebih dari satu jenis bakteri penginfeksi. 

1.2.     Rumusan Masalah

1.3.     Tujuan


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1.     Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih.  Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi kuman dari perineum, ataukaterisasi yang sering (Krisnadi, 2005).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang sering dijumpai pada perempuan setelah infeksi saluran nafas. Dalam setiap tahun,15% perempuan mengalami ISK. Kejadian ISK makin sering terjadi pada masa kehamilan. Perubahan mekanis dan hormonal yang terjadi pada kehamilan meningkatkan resiko keadaan yang membuat urin tertahan disaluran kencing. Juga adanya peningkatan hormon progesteron pada kehamilan akan menambah besar dan berat rahim serta mengakibatkan pengenduran pada otot polos saluran kencing.

2.2.     Etiologi
Ada beberapa penyebab infeksi saluran kencing pada masa nifas,yaitu
·         Bakteri Escherecia coli merupakan penyebab yang sering ditemukan pada kasus ISK. Bakteri ini  dapat berasal dari flora usus yang keluar sewaktu buang air besar, dan jika bakteri berkembang biak akan menjalar ke saluran kencing dan naik ke kandung kemih dan ginjal,ini lah yang menyebabkan ISK. 
·         Trauma kandung kemih waktupersalinan
·         Pemeriksaan dalam yang sering
·         Kontaminasi kuman dari perineum
·         Kateterisasi yang sering
·         Nutrisi yang buruk
·         Defisiensi zat besi
·         Persalinan lama
·         Ruptur membran
·         Episiotomi
·         Sestio Cessaria

2.3.     Patofisiologi
Infeksi saluran kemih ini terjadi akibat pengaruh hormon progesterone terhadap tonus otot dan peristaltic, dan yang lebih penting lagi adalah akibat penyumbatan mekanik oleh  rahim yang membesar saat hamil.
3 cara terjadinya ISK, yaitu:
1)      Penyebaran melalui aliran darah yang berasal dari usus halus atau organ lain ke bagian saluran kemih.
2)      Penyebaran melalui saluran getah bening yang berasal dari usus besar ke kandung kencing atau ginjal.
3)      Terjadi migrasi kuman secara asenden (dari bawah ke atas) melalui uretra, ke kandung kencing (buli-buli) dan ureter ke ginjal.

2.4.     Tanda dan Gejala
Infeksi saluran kencing sering di tandai dengan gejala berikut.
·         Nyeri dibawah perut
·         Susah kencing atau keluar hanya sedikit
·         Sering berkemih dan tak dapat ditahan
·         Retensi urin
·         Demam
·         Menggigil
·         Perasaan mual dan muntah
·         Lemah
·         Nyeri pinggang

2.5.     Diagnosis
Harus didasar kan pada urinalisis dan biakan spesimen urin yang didapat dari kateter atau didapat secara bersih (clean-catch). Jika biakan menunjukkan >100.000 koloni/ml, diperlukan uji sensitifitas untuk menentukan respons terhadap berbagai zat anti-infeksi.

2.6.     Komplikasi
Komplikasi yang sering mucul akibat infeksi saluran kemih yang parah adalah:
a)      Pielonefritis (radang pada piala ginjal)
b)      Hipertensi
c)      Anemia
d)     Angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

2.7.     Pengobatan
Infeksi saluran kemih awal dapat diobati dengan ampisillin (250 mg empat kali sehari) atau nitrofurantoin (100 mg per oral empat kali sehari). Gantilah dengan obat lain sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium tetapi obati selama 2 minggu.
Untuk mengatasi keluhan urgensi dan urinary frequency, berikan piridium 100 mg empat kali sehari. Keluarkan cairan secara paksa (jika diperlukan) dan asamkan urin (vitamin C). Berikan obat analgetik pencahar dan antipiretik jika diperlukan.
Pengobatan antibiotik yang terpilih meliputi golongan nitrofurantoin, sulfonamide,trimetroprim, sulfametoksazol, atau sefalosporin. Banyak penelitian yang melaporkan resistensi mikrobial terhadap golongan penisilin (Krisnadi, 2005).

2.8.     Pencegahan
·         Minumlah cukup banyak air untuk membersihkan bakteri
·         Jangan menahan jika anda ingin buang air kecil. Buang air kecil jika memang anda ingin dan perlu.
·         Bersihkan daerah terkait setelah buang air besar dari depan ke belakang.
·         Buang air kecil setelah melakukan hubungan seksual untuk membantu membersihkan bakteri keluar.
·         Gunakan cukup lubrikasi (pelicin/pelumas) untuk melumasi vagina selama hubungan seks. Cobalah gunakan lubrikasi dengan sedikit pelumas seperti K-Y jelly sebelum berhubungan jika vagina tidak terlalu kering.
·         Jika anda sering mengalami infeksi saluran kemih, anda mungkin perlu menghindari pemakaian diafgrama sebagai metode kontrasepsi. Tanyakan kepada dokter tentang pilihan metode lainnya dalam kontrasepsi.

2.9.     Perawatan Kandung Kemih
Hindari peregangan berlebih kandung kemih yanag normalnya hipotonik segera setelah melahirkan. poliuria post partum selama beberapa hari setelah melahirkan menyebabkan kandung kemih terisi dalam waktu yang relatif singkat dan diperlukan miksi berulang kali. Ibu hamil mugkin tidak menyadari adanya peregangan kandung kemih,dan karena itu mungkin perlu menjadwalkan miksi (setiap 1-2jam).
Jika terjadi peregangan berlebih, mungkin diperlukan dikompresi dengan kateter. Jika hasil kateterisasi mencapai lebih dari 1000ml atau diperlukan  lebih dari 3kali/hari selama beberapa hari pertama setelah melahirkan, kateter menetap selama 12-24 jam dapat membantu mengembalikan  tonus kandung kemih.













BAB III
PENUTUP











DAFTAR PUSTAKA

Krisnadi, Sofie. 2005. Obstetri Patologi ilmu kesehatan Reproduksi Edisi 2 FK UniversitasPadjadjaran. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untukPendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal danNeonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.

Joseph, H. K dan Nugroho. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (Obsgyn).Yogayakarta: Nuha Medika.

Benson,Ralph C dan Martin L . Pernoll.2009.Obstetri dan Ginekologi. Jakarta. EGC.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar