Akbid Siti Khodijah

Akbid Siti Khodijah
Akbid Siti Khodijah

Rabu, 10 September 2014

MAKALAH MUTU PELAYANAN KEBIDANAN “Pelayanan Barang dan Jasa”

MAKALAH MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
“Pelayanan Barang dan Jasa”











Pembimbing :
Dr. Zainul Arifin
 Disusun oleh :
·       Andika Candra Ayundari
·       Diah Rahmawati
·       Nur Hidayati
·       Putri Nur Ilviana
·       Rosita Dewi


AKADEMI KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH
SEPANJANG – SIDOARJO

2012- 2013


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya pada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “mutu pelayanan barang dan jasa”
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT selalu meridhoi segala urusan kita. Amiin
Wassalamu’alaikum wr.wb.

                                                                                                Sidoarjo, 16 Agustus 2014

                                                                                    Penyusun









BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk bidang kesehatan dimana perawat dan bidan terlibat didalamnya.Untuk dapat mempertahankan eksistensinya, maka setiap organisasi dan semua elemen-elemen dalam organisasi harus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya secara terus menerus.
Kecenderungan masa kini dan masa depan menunjukkan bahwa masyarakat semakin menyadari pentingnya peningkatan dan mempertahankan kualitas hidup (quality of life). Oleh karena itu pelayanan kesehatan yang bermutu semakin dicari untuk memperoleh jaminan kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya. Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk mempertahankan kualitas hidup, maka customer akan semakin kritis dalam menerima produk jasa, termasuk jasa pelayanan kebidanan, oleh karena itu peningkatan mutu kinerja setiap bidan perlu dilakukan terus menerus.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya yang dapat dilaksanakan.Upaya tersebut jika dilaksanakan secara terarah dan terencana ,dalam ilmu administrasi kesehatan dikenal dengan nama program menjaga mutu pelayanan kesehatan (Quality Assurance Program ).

1.2    Tujuan
Tujuan umum
Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang bermutu dan memuaskan dalam rangka terwujudnya peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.



Tujuan khusus
1.      Memberikan penjelasan tentang kualitas atau mutu pelayanan kesehatan Memberikan informasi tentang sejauh mana pelayanan kesehatan Untuk mengetahui beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan










BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan dapat didefinisikan dalam banyak pengertian. Azwar (2010:46) menyatakan bahwa mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik profesi standar yang telah ditetapkan.
Selain pengertian tersebut secara sederhana melukiskan hakekat mutu menurut beberapa ahli seperti yang dikutip Azwar (2010:55)  :
1.      Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan sesuatu yang sudah diamati ( Wnston Dictionary, 1956 )
2.      Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu progam ( Donabedian,1980 )
3.      Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa yang didalamnya terkandung pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna ( DIN ISO 8402, 1986 )
4.      Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984)
Selain itu definisi mutu diatas, Al-Assaf (2009:16) juga menyampaikan definisi mutu menurut para ahli :
1.      Mutu adalah melakukan hal yang benar sejak pertama kali dan melakukannya lebih baik lagi pada saat berikutnya (A-Assaf:1993)
2.      Mutu adalah suatu tahap saat pelayanan outcame pasien yang optimal (American Medical Association, 1991)
3.      Mutu adalah memenuhi persyaratan yang diminta konsumen, baik konsumen internal maupun kesternal, dlam hal layanan dan produk yang bebas cacat (IBM, 1982)
4.      Mutu merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen, baik internal maupun eksternal. Mutu juga dapat dikaitkan sebagai suatu proses perbaikan yang bertahap dan terus menerus (Al-Assaf:1998)




2.2   Karakteristik pelayanan jasa menurut Suprianto dan Ernawaty (2010:11-13)
1.      Tidak Berwujud (intangible)
Jasa tidak dapt dilihat, dikecap, dirasakan, didengar, dicium, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi atau diproduksi. Jasa adalah perbuatan, kinerja atau usaha yang bisa dikonsumsi tapi tidak bisa dimiliki. Konsep intangible memiliki dua pengertian :
a.       Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat diraba
b.      Sesuatu yang tidak dapat dengan mudah didefinisikan. Diformulasikan atau dipahami secara rohaniah
2.      Heterogen (Variability)
Jasa sangat bervariasi karena hasil tidak berstandart, artinya banyak variasi bentuk, kualiatas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Para pembeli sangat peduli dengan variability ini dan sering mereka meminta pendapat orang lain sebelum meutuskan untuk memilih. Jasa yang diberikan pada klien yang satu bisa berbeda dengan klien yang lain meskipun diagnostik penyakitnya sama.
3.      Tidak Dapat Dipisahkan (inseparability)
Jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat proses berjalan, artinya hasil suatu jasa pelayanan sulit dipisahkan dengan prosesnya atau sumber pelayanan, dengan kata lain produksi dan konsumsi terjadi secara serentak. Konsekuensi ini akan terjadi keterbatasan orang yang dilayani. Pasien sakit setelah diperiksa dan diberi obat tidak langsung sembuh, perlu waktu untuk itu.
4.      Tak Dapat Disimpan (imperishability)
Barang tidak dapat tahan lama, dapat disimpan bahkan dapat dijual kembali, sedangkan jasa tidak mungkin disimpan sebagai investasi atau diulang. Produk jasa pelayanan adalah orangnya itu sendiri. Pelayanan tidak bisa dipisahkan dengan sumbernya atau yang memberi pelayanan atau dokternya.
Khusus untuk jasa pelayanan rumah sakit perlu pertimbangan ciri karakteristik yang lain, seperti organisasi yang padat modal dan padat karya, umunya pasien tidak banyak tahu akan jasa yang akan dibeli (customer ignorance), dan kompetisi tidak diperkenankan.
Faktor yang digunakan konsumen untuk mengukur kualitas jasa adalah outcame, process dan image jasa tersebut. Menurut Gronroos sebagaimana dikutip Muninjaya (2011:8-9), ketiga kriteria tersebutdijabarkan menjadi 6 unsur :
1.      Profesionalisme dan skill
Dibidang pelayanan kesehatan, kriteria ini berhubungan dengan outcame yaitu tingkat kesembuhan pasien. Pelanggan menyadari bahwa jasa pelayanan kesehatan dihasilakan oleh sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan profesional yang berbeda. Institusi penyedia pelayanan kesehatan harus menjamin reputasi dokter dan petugas lainnya yang bekerja pada institusi pelayanan kesehatan tersebut.
2.      Attitudes and Behavior
Kriteria sikap dan perilaku staff akan berhubungan dengan proses pelayanan. Pelanggan institusi jasa pelayanan kesehatan akan merasakan kalau dokter dan paramedis rumah sakit sudah melayani mereka dengan baik sesuai standart prosedur operasional pelayanan. Situasi ini ditunjukkan oleh sikap dan perilaku positif staf yang akan membantu para pengguna pelayanan kesehatan mengatasi keluhan sakitnya.
3.      Accesbility and Flexibility
Kriteria ini berhubungan dengan proses pelayanan. Pengguna jasa pelayanan akan merasakan bahwa institusi penyedia pelayanan jasa, lokasi, jam kerja, dan sistemnya dirancang dengan baik untuk memudahkan para pengguna mengakses pelayanan sesuai dengan kondisi pengguna jasa (fleksibilitas), yaitu disesuaikan dengan keadaan sakit pasien, jarak yang harus ditempuh, tarif pelayanan, dan kemampuan ekonomi pasien atau keluarga untuk membayar tarif pelayanan.
4.       Reliability and Trusworthiness
Kriteria ini berhubungan dengan proses pelayanan. Pengguna jasa pelayanan bukan tidak memahami resiko yang mereka hadapi jika memilih jasa pelayanan yang ditawarkan oleh dokter. Paisen dan keluarganya sudah mempercayai sepenuhnya dokter yang akan melakukan tindakan karena pengalaman dan reputasinya.
5.      Recovery
Kriteria penilaian ini juga berhubungan dengan proses pelayanan. Pelanggan memang menyadari kalau ada kesalahan atau resiko akibat tindakan medis yang diambil, tetapi para pengguna jasa pelayanan mempercayai bahwa institusi penyedia jasa pelayanan sudah mulai perbaikan (recovery) terhadap mutu pelayanan yang ditawarkan kepada publik untuk mengurangi resiko medis yang akan diterima pasien.
6.      Reputation and Credibility
Kriteria ini berhubungan dengan image. Pelanggan akan meyakini benar bahwa institusi penyedia jasa pelayanan memang meiliki reputasi baik, dapat dipercaya, dan punya nilai (rating) tinggi di bidang pelayanan kesehatan. Kepercayaan ini sudah terbukti dari reputasi pelayanan yang sudah ditunjukkan selama ini oleh institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan ini.
2.3  Pengukuran Mutu Pelayanan Kesehatan
Menurut Donabedian sebagaimana dikutip Mulyadi (2001:1-2), pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel :
1.      Input (struktur) yaitu segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, sperti tenaga, dana, obat fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayananan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2.      Proses ialah interaksi profesional antara pemberi layanan dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang penting.
3.      Output/outcame ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.
2.4  Merencanakan jasa pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pasien/pelanggan
1.      Identifikasi Kebutuhan
Sebelum menentukan kebutuhan pelayanan kesehatan, lebih dahulu diketahui siapa yang menjadi sasaran (konsumen) yang akan dilayani. Pada umumnya pelanggan yang dilayani setiap petugas kesehatann adalah semua orang atau organisasi/unit kerja yang berinteraksi, berhubungan dan mengharapkan sesuatu keprluan kebutuhannya sesuai dengan pekerjaan sebagai petugas kesehatan. Pasien mengharapkan petugas kesehatan dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan karakteristik, kualitas tertentu atau standart yang sudah ditetapkan
2.      Memahami kebutuhan pelanggan
Dalam memahami kebutuhan pelanggan yang sesuai dengan ekspektasi mereka , ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu: komunikasi (3 cara) dan benchmarking (1 cara). Dengan demikian, ada 4 cara memahami kebutuhan pelanggan/konsumen/ masyarakat, yaitu;
a.       Reaktif
Memahami kebutuhan pelanggan secara reaktif adalah dengan mendengar keluhan pelanggan. Jika ada keluhan baru bereaksi menanggapi. Pendekatan ini kurang efektif dalam menciptakan pelayanan yang meuaskan konsumen secara berkesinambungan.
b.      Aktif
Memahami kebutuhan pelanggan secara aktif adalah dengan menjawab setiap ada pertanyaan pelanggan atau masyarakat yang datang ke pelayanan kesehatan dan menawarkan jasa yang disediakan. Cara ini kurang efektif, karena tujuannya baru pada tingkat mendengar secara aktif, belum menggali apa harapan konsumen yang datang ke pelayanan kesehatan.
c.       Proaktif
Memahami kebutuhan pelanggan secara proaktif adalah aktif menjaring informasi tentang harapan konsumen/pasien, melalui wawancara, survai. Penyedia jasa ini seolah-olaah memposisikan diri sebagai pelanggan. Pendekatan proaktif ini sangatlah efektif jika diterapkan pada penyedia jasa pelayanan kesehatan.
d.      Benchmarking
Memahami kebutuhan pelayanan dengan benchmarking  suatu proses pengukuran pelayanan yang diberikan secara terus-menerus  dengan cara membandingkan pelayanan terbaik dari instansi lain.
3.      Memproses Jasa Pelayanan
Setiap pekerjaan mempunyai hasil atau mengarah pada pencapaian tujuan. Tuntutan terhadap setiap pekerjaan bukan hanya hasi atau produk barang dan jasa, tetapi yang dihasilkan itu bermutu, dapat memuaskan konsumen dan efisien. Sehingga memiliki daya saing dalam kualitas dan harga.














BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Mutu pelayanan dapat didefinisikan dalam banyak pengertian. Azwar (2010:46) menyatakan bahwa mutu pelayanankesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik profesi standar yang telah ditetapkan.
Karakteristik pelayanan jasa menurut Suprianto dan Ernawaty (2010:11-13) yaitu, Tidak Berwujud (intangible), Heterogen (Variability), Tidak Dapat Dipisahkan (inseparability), Tak Dapat Disimpan (imperishability). Pengukuran Mutu Pelayanan Kesehatan ada 3 macam yaitu : Input (struktur), Proses, Output/outcame
3.2  Saran
Setelah mengetahui tentang pelayanan barang dan jasa, kami sebagai penulis mengharapkan agar para pembaca lebih mengetahui tentang pelayanan brang dan jasa. Oleh karena itu,saya sebagai penulis meminta kritik dan saranya untuk menyempurnakan makalah yang saya buat.

















DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Asrul. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Mulyadi, Bagus.(Ed).(2001). Petunjuk Pelaksanaan Indikator  Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta : Wold Health Organization – Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI.
Muninjaya, Gde. (2011). Manajemen Mutu Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Supriyanto dan Ernawaty. (2010). Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Andi








Tidak ada komentar:

Posting Komentar