Akbid Siti Khodijah

Akbid Siti Khodijah
Akbid Siti Khodijah

Minggu, 31 Agustus 2014

KEADAAN BAYI DAN BALITA DI INDONESIA

MAKALAH
KEADAAN BAYI DAN BALITA DI INDONESIA
 





                                                                                                                                                                



Oleh:  1. Anita Wahyuningsih
           2. Arlita Rahmawati
           3. Erni Yana Yulita
           4. Uril Unik Febriani
           5. Winda Vidi Astutik
                                                                                      

AKBID SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH
SEPANJANG SIDOARJO
2013/2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Kesehatan Anak.Adapun makalah yang kami susun ini berjudul “Keadaan Bayi Dan Balita Di Indonesia”
            Berdasarkan judul diatas, penulis berusaha menampilkan sebuah makalah  mengenai Keadaan Bayi Dan Balita Di Indonesia.Adapun makalah ini disusun dalam rangka mengisi niai Ilmu Kesehatan Anak di AKBID SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH SEPANJANG.

Segala upaya ini telah kami lakukan demi kesempurnaan makalah ini, namun kami sebagai manusia biasa tidak luput dari salah dan lupa. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sekalian senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.





Sidoarjo, 29 Januari 2013

                                                                                                           
 Penulis



DAFTAR ISI


Halaman Sampul.........................................................................................................,.. i
Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar Isi ........................................................................................................................ iii
BAB I:Pendahuluan....................................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang.............................................................................................1
1.2  Tujuan Umum...............................................................................................1
1.3  Tujuan Khusus..............................................................................................1
1.4  Manfaat.........................................................................................................1.
BAB II: Pembahasan.......................................................................................................2
            2.1 Pengertian Bayi.............................................................................................2
            2.2 Keadaan Kesehatan Bayi Dan Balita Di Indonesia.......................................2
            2.3 Angka Kesakitan Dan Kematian Bayi Dan Balita.........................................3
BAB III: Penutup............................................................................................................12
            3.1 Kesimpulan....................................................................................................12
            3.2 Saran..............................................................................................................12
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………13




BAB I
PENDAHULUAN

1.1           Latar Belakang
            Perkembangan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia pada saat ini masih belum mencapai titik keberhasilan dalam menegakkan kesehatan bagi bayi dan anak balita dikarenakan masih banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta kurangnya kesadaran terhadap pentingnya kesehatan ini.Hal ini dapat membuat tingkat kesehatan bagi bayi dan anak balita semakin menurun dan sulit untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di Indonesia.
            Hal ini menyebabkan kondisi kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia mengalami peningkatan terhadap angka kesakitan,kematian bayi dan balita di Indonesia yang setiap tahun angka kesakitan dan kematian semakin bertambah dan sulit untuk mencapai titik stabil dalam standar kesehatan dalam rangka mengurangi angka kesakitan,kematian pada bayi dan balita di Indonesia.

1.2           Tujuan Umum:
Menjelaskan perkembangan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia.
1.3           Tujuan Khusus:
1.    Menjelaskan keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia.
2.    Menjelaskan tentang angka kesakitan, kematian bayi dan balita.

1.4    Manfaat:
Agar dapat mengetahui keadaan kesehatan, angka kesakitan, kematian bayi dan balita di Indonesia.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bayi
Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian. Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di 27 hari pertama hidup), dan post-neonatal (setelah 27 hari).
            Pemberian makanan dilakukan dengan penetekan atau dengan susu industri khusus. Bayi memiliki insting menyedot, yang membuat mereka dapat mengambil susu dari buah dada. Bila sang ibu tidak bisa menyusuinya, atau tidak mau, formula bayi biasa digunakan di negara-negara Barat. Di negara lain ada yang menyewa "perawat basah" (wet nurse) untuk menyusui bayi tersebut.
            Bayi tidak mampu mengatur pembuangan kotorannya, oleh karena itu digunakanlah popok. Popok yang digunakan bayi bisa berupa popok kain biasa atau popok sekali pakai (diapers). Dewasa ini, popok sekali pakai menjadi lebih populer penggunaannya dibandingkan popok kain biasa karena lebih praktis dan tidak terlalu merepotkan. Namun, masalah baru yang utamanya timbul akibat pemakaian popok sekali pakai adalah masalah ruam popok. Kulit bayi yang masih sensitif lebih sering tertutup dan menjadi sulit bernapas sehingga memungkinkan timbulnya masalah ruam dan iritasi pada kulit bayi. Meskipun masalah ruam popok merupakan masalah yang biasa terjadi, namun bila dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang tepat bisa timbul masalah yang cukup serius seperti peradangan dan infeksi kulit bayi.
2.2 Keadaan Kesehatan Bayi dan Anak Balita di Indonesia
Saat ini keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia menjadi hal penting untuk diperhatikan dan dibahas. Pada beberapa masa sebelum dekade 1980an, masalah kesehatan ibu dan anak belum terlalu mendapatkan perhatian serius. Bahkan kasus kematian ibu dan balita pun masih menjadi sebuah fenomena kesehatan yang cukup memprihatinkan. Menginjak pada dekade 1990an, kesehatan ibu menjadi sorotan penting di dalam program kesehatan, khususnya terkait dengan masalah reproduksi, kehamilan dan persalinan. Di jaman modern setelah melewati abad keemasan, yaitu era 21 ini, kesehatan ibu masih terus dipantau, namun kesehatan bayi dan anak balita menduduki ranking pertama di dalam program-program kesehatan. Anak, bayi dan balita merupakan generasi penerus bangsa. Di situlah awal kokoh atau rapuhnya suatu Negara, dapat disaksikan dari kualitas para generasi penerusnya. Jika terlahir anak-anak dengan tingkat kesehatan yang rendah, tentulah kondisi bangsa menjadi lemah dan tidak mampu membangun negaranya secara optimal.
Saat ini distribusi dan frekuensi terjangkitnya penyakit  bayi dan anak balita seperti diare, disentri, cacar, campak dan penyakit-penyakit berbahaya lain mengalami penurunan yang cukup drastis dibandingkan beberapa masa sebelumnya. Keberhasilan program imunisasi yang digelar oleh pemerintah nampaknya memberikan hasil yang tidak mengecewakan. Meskipun di beberapa waktu terakhir ini sempat diberitakan mengenai adanya vaksin  DPT yang menimbulkan kematian pada bayi, namun saat ini kasusnya masih terus dipelajari. Akan tetapi secara keseluruhan, program imunisasi telah mampu menurunkan tingkat kesakitan pada bayi dan balita cukup signifikan.
Keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia juga menyangkut  masalah gizi buruk. Peningkatan kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat ditunjang dengan system informasi dan tingginya tingkat pendidikan masyarakat, meningkatkan kesadaran rakyat untuk memperhatikan kondisi kesehatan anak-anak. Orang tua berlomba memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Meskipun di beberapa lapisan masyarakat masih ada yang kurang sejahtera, namun tingkat kepedulian masyarakat lain pun juga relatif bagus sehingga keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia bias lebih terkontrol.
Jakarta - Survei Demografi Kntatao Inckinesia (SDKI) 121 mit Departemen Kesehatan (Depkes) mengungkapkan.rata-rata per tahun terdapat 401 bayi di Indonesia yang meninggal dunia sebelum umurnya mencapai 1 tahun.
Bila dirinci. 157.000 bayi meninggal dunia per tahun, atau 430 bayi per hari. Angka Kematian Balita (Akaba), yaitu 46 dari 1.000 balita meninggal setiap tahunnya. Bila dirinci, kematian balita ini mencapai 206.580 balita per tahun, dan 569 balita per hari. Parahnya, dalam rentang waktu 2002-2007, angka neonatus tidak pernah mengalami penurunan. Penyebab kemauan terbanyak pada periode ini disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pemapasan akut (Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007).

2.3 Angka Kesakitan Dan Kematian Bayi Dan Balita
            Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia (Kompas, 2006). Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Kompas, 2006).
Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan, antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi, dan angka harapan hidup waktu lahir.

A.   Angka Kesakitan Bayi Dan Balita
            Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor social ekonomi, dan pendidikan ibu.
Angka kesakitan bayi dan balita didapat dari hasil pengumpulan data dari sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.
 Adapun beberapa indikator dapat diuraikan sebagai berilkut:
1.   Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus AFP kelompok umur <15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Ada 4 strategi dalam upaya pemberantasan polio, yaitu: imunisasi (yang meliputi peningkatan imunisasi rutin polio, PIN, dan Mop – up), surveilans AFP, sertifikasi bebas polio, dan pengamanan virus polio di laboratorium

2.   TB Paru
Merupakan penyakit infesi yang meular pada sistem parnafasan yang disebabkan oleh mikrobakteium tuberculosa yag dapat megenai bagian paru.proses peularan melalui udara atau langsung seperti saat batuk Upaya pencegahan dan pemberantasan TB Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy) atau pengobatan TB paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). (Depkes RI, 2007) Pada tahun 2007 terdapat kasus BTA (+) sebanyak 758 orang, diobati 758 orang, dan yang sembuh 693 orang (91,42%).

3.   Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
ISPA masih merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Dari beberapa hasil SKRT diketahui bahwa 80% - 90% dari seluruh kasus kematian akibat ISPA, disebabkan oleh pneumonia. Pneumonia merupakan penyebab kematian pada balita dengan peringkat pertama hasil Surkesnas 2001. ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita diduga karena pneumonia merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaan masih belum memadai.

4.   HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS)
Penderita penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui penyuntikan, secara stimultan telah memperbesar tingkat resiko penyebaran HIV/AIDS. Pada Penkajian anak yang terinfeksi dengan HIV positif dan AIDS meliputi : indetitas terjadinya HIV positif atau AIDS pada anak rata – rata dimasa perinatal sekitar usia 9-17 bulan.keluhan utamanya adalah demam dan diere berkepanjangan, takipne,batuk,sesak nafas,dan hopoksia.kemudian diikuti adanya perubahan berat badan yang turun secara drastis.

5.   Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas ke seluruh wilayah propinsi. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian relatif tinggi. Angka insiden DBD secara nasional berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap lima tahunan, namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami perubahan dengan periode antara 2 – 5 tahunan, sedangkan angka kematian cenderung menurun. Pengkajian pada anak dengan DBD di temukan adanya peningkatan suhu yang mendadak di sertai menggigil,adanya perdarahan kulit seperti petekhie, ekimosis, hematom, epistaksis, hematemesis bahkan hematemesis melena.

6.   Diare
   Angka kesakitan diare hasil survey tahun 1996 yaitu 280 per 1000 penduduk dan episode pada balita 1,08 kali per tahun. Menurut hasil SKRT dalam beberapa survei dan Surkesnas 2001, penyakit diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita (Depkes RI, 2003). Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan Diare, Penumonia, Campak, Malaria, dan Malnutrisi. (Depkes RI, 2007). Pegkajian pada anak di tandai dengan frekuensi BAB pada bayi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali per hari, bentuk cair pada buang air besar nya kadang –kadang di sertai oleh lender dan darah, nafsu makan menurun warna nya lama-kelamaan hijau –kejauan karena tercampur empedu.

7.   Malaria
   Pada tahun 2007 perkembangan penyakit Malaria di Kabupaten Banyuwangi yang dipantau melalui Annual Pavasite Lincidence (API) dari hasil SPM penderita Malaria yang diobati sebesar 100% (3.153 penderita). Sedangkan penderita klinis sebanyak 3.141 dan terdapat 12 penderita positif Malaria. sampai saat ini penyakit Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat.

8.   Kusta
   Dalam kurun waktu 10 tahun (1991 – 2001), angka prevalensi penyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991, lalu turun menjadi 0,85 per 10.000 penduduk pada tahun 2001, pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjkadi 0,95 per 10.000, dan pada tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk. (Depkes RI, 2003). Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi Kusta pada pertengahan tahun 2000.

9.   Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
   PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Pada Profil Kesehatan ini akan dibahas penyakit Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri, Pertusis, dan Hepatitis B.
a)   Tetanus Neonatorum
Jumlah kasus Tetanus Neonatorum pada tahun 2003 sebanyak 175 kasus dengan angka kematian (CFR) 56% (Depkes RI, 2003). Angka ini sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya. Hal ini diduga karena meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Namun secara keseluruhan CFR masih tetap tinggi. Penanganan Tetanus Neonatorum memang tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah usaha pencegahan, yaitu Pertolongan Persalinan yang higienis ditunjang dengan Imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil.
b)   Campak
      Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Sepanjang tahun 2003 frekuensi KLB Campak menempati urutan keempat, setelah DBD, Diare, dan Chikungunya dengan CFR 0,34% (Depkes RI, 2003).
c)   Difteri, Pertusis, Hepatitis B
Di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2007 tidak terdapat kasus Pertusis dan Hepatitis B. Tetapi pada tahun 2007 ini terdapat kenaikan jumlah kasus Difteri, yaitu sebesar 2 kasus, dari tahun sebelumnya yang tidak terdapat kasus Difteri.

B. Angka Kematian Bayi Dan Balita
            Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak (WHO, 2002) karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya adalah factor penyakit infeksi dan kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi, di antaranya penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal, dan radang saluran napas bagian bawah (Hapsari, 2004).
            Penyebab kematian bayi yang lainnya adalah berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi, seperti tetanus, campak, dan difteri. Hal ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk member imunisasi pada anak.
            Kematian pada bayi juga dapat disebabkan oleh adanya trauma persalinan dan kelainan bawaan yang kemungkinan besar dapat disebabkan oleh rendahnya status gizi ibu pada saat kehamilan serta kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (WHO, 2002).
            Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang cukup tinggi. Masalah tersebut terutama dalam periode neonatal dan dampak dari penyakit menular, terutama pneumonia, malaria, dan diare ditambah dengan masalah gizi yang dapat mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak (WHO, 2002).
          Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
            Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
            Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
            Tiga penyebab utama bayi meninggal adalah akibat berat badan rendah sebesar 29 persen, mengalami gangguan pemapasan sebesar 27 persen dan masalah nutrisi sebesar 10 persen," ungkap dr Badriul Hegar SpA(K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (TDAI), dalam acara talkshow "Di Balik Kematian Bayi dan Balita dalam Rangka Hari Kesehatan Nasional 2009" di Jakarta Convention Center Jumat (4/12). Hal itu dilakukan dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, termasuk memberi rujukan, di mana setiap janin dalam kandungan harus tumbuh dengan baik dan bayi yang lahir harus sehat dan selamat.

C. Status Gizi
            Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Gizi yang cukup juga dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risiko terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak.


D. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir
            Angka harapan hidup waktu lahir dapat dijadikan tolok ukur selanjutnya dalam menentukan derajat kesehatan anak. Dengan mengetahui angka harapan hidup, maka dapat diketahui sejauh mana perkembangan status kesehatan anak. Hal ini sangat penting dalam menentukan program perbaikan kesehatan anak selanjutnya. Usia harapan hidup juga dapat menunjukkan baik atau buruknya status kesehatan anak yang sangat terkait dengan berbagai factor, seperti factor social, ekonomi, budaya, dan lain-lain.
























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.
            Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

3.2 Saran
            Perkembangan kesehatan bayi dan anak balita seharusnya lebih diperhatikan dan dikembangkan lebih baik lagi dari pihak pemerintah, pelayanan kesehatan dan lingkungan masyarakat agar mampu untuk memperbaiki standart kesehatan bayi dan balita serta dapat menjadi upaya untuk  mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi dan anak balita di Indonesia.







Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar