MAKALAH
KEADAAN
BAYI DAN BALITA DI INDONESIA
Oleh: 1. Anita Wahyuningsih
2. Arlita
Rahmawati
3. Erni
Yana Yulita
4. Uril
Unik Febriani
5. Winda
Vidi Astutik
AKBID SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH
SEPANJANG SIDOARJO
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas petunjuk-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Ilmu Kesehatan Anak.Adapun makalah yang kami susun ini
berjudul “Keadaan Bayi Dan Balita Di Indonesia”
Berdasarkan judul
diatas, penulis berusaha menampilkan sebuah makalah mengenai Keadaan Bayi Dan Balita Di
Indonesia.Adapun makalah ini disusun dalam rangka mengisi niai Ilmu Kesehatan
Anak di AKBID SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH SEPANJANG.
Segala
upaya ini telah kami lakukan demi kesempurnaan makalah ini, namun kami sebagai
manusia biasa tidak luput dari salah dan lupa. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sekalian senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.
Sidoarjo, 29 Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.........................................................................................................,..
i
Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar Isi
........................................................................................................................
iii
BAB I:Pendahuluan.......................................................................................................
1
1.1 Latar
Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan Umum...............................................................................................1
1.3 Tujuan
Khusus..............................................................................................1
1.4 Manfaat.........................................................................................................1.
BAB II: Pembahasan.......................................................................................................2
2.1 Pengertian
Bayi.............................................................................................2
2.2
Keadaan Kesehatan Bayi Dan Balita Di Indonesia.......................................2
2.3
Angka Kesakitan Dan Kematian Bayi Dan Balita.........................................3
BAB III:
Penutup............................................................................................................12
3.1
Kesimpulan....................................................................................................12
3.2
Saran..............................................................................................................12
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perkembangan kesehatan bayi dan anak balita di
Indonesia pada saat ini masih belum mencapai titik keberhasilan dalam
menegakkan kesehatan bagi bayi dan anak balita dikarenakan masih banyaknya
faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta kurangnya kesadaran terhadap pentingnya kesehatan
ini.Hal ini dapat
membuat tingkat kesehatan bagi bayi
dan anak balita semakin menurun dan sulit untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi di Indonesia.
Hal ini menyebabkan kondisi kesehatan bayi dan anak
balita di Indonesia mengalami peningkatan terhadap angka kesakitan,kematian
bayi dan balita di Indonesia yang setiap tahun angka kesakitan dan kematian
semakin bertambah dan sulit untuk mencapai titik stabil dalam standar kesehatan
dalam rangka mengurangi angka kesakitan,kematian pada bayi dan balita di
Indonesia.
1.2
Tujuan
Umum:
Menjelaskan perkembangan kesehatan
bayi dan anak balita di Indonesia.
1.3
Tujuan Khusus:
1. Menjelaskan
keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia.
2. Menjelaskan
tentang angka kesakitan, kematian bayi dan balita.
1.4 Manfaat:
Agar dapat mengetahui keadaan kesehatan, angka kesakitan, kematian bayi
dan balita di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bayi
Bayi
merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan
yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan yang merentang
dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat
bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya
sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor,
dan belajar sosial. Pada masa ini
manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian.
Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di 27 hari
pertama hidup), dan post-neonatal (setelah 27 hari).
Pemberian makanan dilakukan dengan
penetekan atau dengan susu industri khusus. Bayi memiliki insting menyedot,
yang membuat mereka dapat mengambil susu dari buah dada. Bila sang ibu tidak
bisa menyusuinya, atau tidak mau, formula bayi biasa digunakan di negara-negara
Barat. Di negara lain ada yang menyewa "perawat basah"
(wet nurse) untuk menyusui bayi tersebut.
Bayi tidak mampu mengatur pembuangan
kotorannya, oleh karena itu digunakanlah popok. Popok yang digunakan bayi bisa
berupa popok kain biasa atau popok sekali pakai (diapers). Dewasa ini, popok
sekali pakai menjadi lebih populer penggunaannya dibandingkan popok kain biasa
karena lebih praktis dan tidak terlalu merepotkan. Namun, masalah baru yang
utamanya timbul akibat pemakaian popok sekali pakai adalah masalah ruam popok.
Kulit bayi yang masih sensitif lebih sering tertutup dan menjadi sulit bernapas
sehingga memungkinkan timbulnya masalah ruam dan iritasi pada kulit bayi.
Meskipun masalah ruam popok merupakan masalah yang biasa terjadi, namun bila
dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang tepat bisa timbul masalah yang cukup
serius seperti peradangan dan infeksi kulit bayi.
2.2 Keadaan
Kesehatan Bayi dan Anak Balita di Indonesia
Saat ini keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia
menjadi hal penting untuk diperhatikan dan dibahas. Pada beberapa masa sebelum
dekade 1980an, masalah kesehatan ibu dan anak belum terlalu mendapatkan
perhatian serius. Bahkan kasus kematian ibu dan balita pun masih menjadi sebuah
fenomena kesehatan yang cukup memprihatinkan. Menginjak pada dekade 1990an,
kesehatan ibu menjadi sorotan penting di dalam program kesehatan, khususnya
terkait dengan masalah reproduksi, kehamilan dan persalinan. Di jaman modern
setelah melewati abad keemasan, yaitu era 21 ini, kesehatan ibu masih terus
dipantau, namun kesehatan bayi dan anak balita
menduduki ranking pertama di dalam program-program kesehatan. Anak, bayi dan balita merupakan generasi
penerus bangsa. Di situlah awal kokoh atau rapuhnya suatu Negara, dapat
disaksikan dari kualitas para generasi penerusnya. Jika terlahir anak-anak
dengan tingkat kesehatan yang rendah, tentulah kondisi bangsa menjadi lemah dan
tidak mampu membangun negaranya secara optimal.
Saat ini distribusi dan frekuensi
terjangkitnya penyakit bayi dan anak balita seperti diare, disentri,
cacar, campak dan penyakit-penyakit berbahaya lain mengalami penurunan yang
cukup drastis dibandingkan beberapa masa sebelumnya. Keberhasilan program
imunisasi yang digelar oleh pemerintah nampaknya memberikan hasil yang tidak
mengecewakan. Meskipun di beberapa waktu terakhir ini sempat diberitakan
mengenai adanya vaksin DPT yang
menimbulkan kematian pada bayi, namun saat ini kasusnya masih terus dipelajari.
Akan tetapi secara keseluruhan, program imunisasi telah mampu menurunkan tingkat
kesakitan pada bayi dan balita cukup signifikan.
Keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia juga menyangkut masalah
gizi buruk. Peningkatan kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat ditunjang
dengan system informasi dan tingginya tingkat pendidikan masyarakat,
meningkatkan kesadaran rakyat untuk memperhatikan kondisi kesehatan anak-anak.
Orang tua berlomba memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Meskipun di
beberapa lapisan masyarakat masih ada yang kurang sejahtera, namun tingkat
kepedulian masyarakat lain pun juga relatif bagus sehingga keadaan kesehatan
bayi dan anak balita di Indonesia bias lebih terkontrol.
Jakarta - Survei Demografi Kntatao Inckinesia (SDKI) 121 mit Departemen
Kesehatan (Depkes) mengungkapkan.rata-rata per tahun terdapat 401 bayi di
Indonesia yang meninggal dunia sebelum umurnya mencapai 1 tahun.
Bila dirinci. 157.000 bayi meninggal
dunia per tahun, atau 430 bayi per hari. Angka Kematian Balita (Akaba), yaitu
46 dari 1.000 balita meninggal setiap tahunnya. Bila dirinci, kematian balita
ini mencapai 206.580 balita per tahun, dan 569 balita per hari. Parahnya, dalam
rentang waktu 2002-2007, angka neonatus tidak pernah mengalami penurunan.
Penyebab kemauan terbanyak pada periode ini disebabkan oleh sepsis (infeksi
sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pemapasan akut (Riset Kesehatan
Dasar Depkes 2007).
2.3
Angka Kesakitan Dan Kematian Bayi Dan Balita
Masalah
kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang
saat ini terjadi di Negara Indonesia (Kompas, 2006). Derajat kesehatan anak
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa
memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa.
Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam
perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Kompas, 2006).
Dalam menentukan
derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat
digunakan, antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi,
dan angka harapan hidup waktu lahir.
A. Angka
Kesakitan Bayi Dan Balita
Angka
kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak,
karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi
dan anak balita. Angka kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status
gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor
social ekonomi, dan pendidikan ibu.
Angka kesakitan bayi dan balita
didapat dari hasil pengumpulan data dari sarana pelayanan kesehatan (Facility
Based Data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.
Adapun beberapa indikator dapat diuraikan
sebagai berilkut:
1. Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan
kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus AFP kelompok umur
<15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan
adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan
spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Ada 4 strategi dalam upaya pemberantasan
polio, yaitu: imunisasi (yang meliputi peningkatan imunisasi rutin polio, PIN,
dan Mop – up), surveilans AFP, sertifikasi bebas polio, dan pengamanan virus
polio di laboratorium
2. TB Paru
Merupakan penyakit infesi yang
meular pada sistem parnafasan yang disebabkan oleh mikrobakteium tuberculosa
yag dapat megenai bagian paru.proses peularan melalui udara atau langsung
seperti saat batuk Upaya pencegahan dan pemberantasan TB Paru dilakukan dengan
pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy) atau
pengobatan TB paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).
(Depkes RI, 2007) Pada tahun 2007 terdapat kasus BTA (+) sebanyak 758 orang,
diobati 758 orang, dan yang sembuh 693 orang (91,42%).
3. Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
ISPA masih merupakan penyakit utama penyebab kematian
bayi dan balita di Indonesia. Dari beberapa hasil SKRT diketahui bahwa 80% -
90% dari seluruh kasus kematian akibat ISPA, disebabkan oleh pneumonia.
Pneumonia merupakan penyebab kematian pada balita dengan peringkat pertama
hasil Surkesnas 2001. ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita
diduga karena pneumonia merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaan
masih belum memadai.
4. HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS)
Penderita penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan
peningkatan meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus
dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya
sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui
penyuntikan, secara stimultan telah memperbesar tingkat resiko penyebaran
HIV/AIDS. Pada Penkajian anak yang terinfeksi dengan HIV positif dan AIDS
meliputi : indetitas terjadinya HIV positif atau AIDS pada anak rata – rata
dimasa perinatal sekitar usia 9-17 bulan.keluhan utamanya adalah demam dan
diere berkepanjangan, takipne,batuk,sesak nafas,dan hopoksia.kemudian diikuti
adanya perubahan berat badan yang turun secara drastis.
5. Demam
Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar
luas ke seluruh wilayah propinsi. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan
angka kesakitan dan kematian relatif tinggi. Angka insiden DBD secara nasional
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap
lima tahunan, namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami
perubahan dengan periode antara 2 – 5 tahunan, sedangkan angka kematian
cenderung menurun. Pengkajian pada anak dengan DBD di temukan adanya peningkatan
suhu yang mendadak di sertai menggigil,adanya perdarahan kulit seperti
petekhie, ekimosis, hematom, epistaksis, hematemesis bahkan hematemesis melena.
6. Diare
Angka kesakitan diare hasil survey tahun 1996 yaitu 280 per 1000 penduduk dan episode pada balita 1,08 kali per tahun. Menurut hasil SKRT dalam beberapa survei dan Surkesnas 2001, penyakit diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita (Depkes RI, 2003). Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan Diare, Penumonia, Campak, Malaria, dan Malnutrisi. (Depkes RI, 2007). Pegkajian pada anak di tandai dengan frekuensi BAB pada bayi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali per hari, bentuk cair pada buang air besar nya kadang –kadang di sertai oleh lender dan darah, nafsu makan menurun warna nya lama-kelamaan hijau –kejauan karena tercampur empedu.
Angka kesakitan diare hasil survey tahun 1996 yaitu 280 per 1000 penduduk dan episode pada balita 1,08 kali per tahun. Menurut hasil SKRT dalam beberapa survei dan Surkesnas 2001, penyakit diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita (Depkes RI, 2003). Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan Diare, Penumonia, Campak, Malaria, dan Malnutrisi. (Depkes RI, 2007). Pegkajian pada anak di tandai dengan frekuensi BAB pada bayi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali per hari, bentuk cair pada buang air besar nya kadang –kadang di sertai oleh lender dan darah, nafsu makan menurun warna nya lama-kelamaan hijau –kejauan karena tercampur empedu.
7. Malaria
Pada tahun 2007 perkembangan penyakit Malaria di Kabupaten Banyuwangi yang dipantau melalui Annual Pavasite Lincidence (API) dari hasil SPM penderita Malaria yang diobati sebesar 100% (3.153 penderita). Sedangkan penderita klinis sebanyak 3.141 dan terdapat 12 penderita positif Malaria. sampai saat ini penyakit Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat.
Pada tahun 2007 perkembangan penyakit Malaria di Kabupaten Banyuwangi yang dipantau melalui Annual Pavasite Lincidence (API) dari hasil SPM penderita Malaria yang diobati sebesar 100% (3.153 penderita). Sedangkan penderita klinis sebanyak 3.141 dan terdapat 12 penderita positif Malaria. sampai saat ini penyakit Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat.
8. Kusta
Dalam kurun waktu 10 tahun (1991 – 2001), angka prevalensi penyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991, lalu turun menjadi 0,85 per 10.000 penduduk pada tahun 2001, pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjkadi 0,95 per 10.000, dan pada tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk. (Depkes RI, 2003). Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi Kusta pada pertengahan tahun 2000.
Dalam kurun waktu 10 tahun (1991 – 2001), angka prevalensi penyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991, lalu turun menjadi 0,85 per 10.000 penduduk pada tahun 2001, pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjkadi 0,95 per 10.000, dan pada tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk. (Depkes RI, 2003). Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi Kusta pada pertengahan tahun 2000.
9. Penyakit
yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Pada Profil Kesehatan ini akan dibahas penyakit Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri, Pertusis, dan Hepatitis B.
PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Pada Profil Kesehatan ini akan dibahas penyakit Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri, Pertusis, dan Hepatitis B.
a) Tetanus
Neonatorum
Jumlah kasus Tetanus Neonatorum pada tahun 2003
sebanyak 175 kasus dengan angka kematian (CFR) 56% (Depkes RI, 2003). Angka ini
sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya. Hal ini diduga karena meningkatnya
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Namun secara keseluruhan CFR masih
tetap tinggi. Penanganan Tetanus Neonatorum memang tidak mudah, sehingga yang
terpenting adalah usaha pencegahan, yaitu Pertolongan Persalinan yang higienis
ditunjang dengan Imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil.
b) Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Sepanjang tahun 2003 frekuensi KLB Campak menempati urutan keempat, setelah DBD, Diare, dan Chikungunya dengan CFR 0,34% (Depkes RI, 2003).
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Sepanjang tahun 2003 frekuensi KLB Campak menempati urutan keempat, setelah DBD, Diare, dan Chikungunya dengan CFR 0,34% (Depkes RI, 2003).
c) Difteri,
Pertusis, Hepatitis B
Di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2007 tidak terdapat
kasus Pertusis dan Hepatitis B. Tetapi pada tahun 2007 ini terdapat kenaikan
jumlah kasus Difteri, yaitu sebesar 2 kasus, dari tahun sebelumnya yang tidak
terdapat kasus Difteri.
B. Angka
Kematian Bayi Dan Balita
Angka
kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak
(WHO, 2002) karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini.
Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai factor,
diantaranya adalah factor penyakit infeksi dan kekurangan gizi. Beberapa
penyakit yang saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi, di
antaranya penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal, dan radang saluran napas
bagian bawah (Hapsari, 2004).
Penyebab
kematian bayi yang lainnya adalah berbagai penyakit yang sebenarnya dapat
dicegah dengan imunisasi, seperti tetanus, campak, dan difteri. Hal ini terjadi
karena masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk member imunisasi pada anak.
Kematian
pada bayi juga dapat disebabkan oleh adanya trauma persalinan dan kelainan
bawaan yang kemungkinan besar dapat disebabkan oleh rendahnya status gizi ibu
pada saat kehamilan serta kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (WHO, 2002).
Indonesia
masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang cukup tinggi. Masalah
tersebut terutama dalam periode neonatal dan dampak dari penyakit menular,
terutama pneumonia, malaria, dan diare ditambah dengan masalah gizi yang dapat
mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak (WHO, 2002).
Kematian bayi adalah kematian yang
terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu
tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar,
dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum
disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan
pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang
dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau
didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian
post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan
sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Tiga penyebab utama bayi meninggal
adalah akibat berat badan rendah sebesar 29 persen, mengalami gangguan
pemapasan sebesar 27 persen dan masalah nutrisi sebesar 10 persen," ungkap
dr Badriul Hegar SpA(K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (TDAI), dalam acara
talkshow "Di Balik Kematian Bayi dan Balita dalam Rangka Hari Kesehatan
Nasional 2009" di Jakarta Convention Center Jumat (4/12). Hal itu
dilakukan dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
terjangkau, termasuk memberi rujukan, di mana setiap janin dalam kandungan
harus tumbuh dengan baik dan bayi yang lahir harus sehat dan selamat.
C. Status Gizi
Status
gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. Status
gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk
mencapai kematangan yang optimal. Gizi yang cukup juga dapat memperbaiki
ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari segala penyakit.
Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risiko terjadinya
masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk
antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak.
D. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir
Angka
harapan hidup waktu lahir dapat dijadikan tolok ukur selanjutnya dalam
menentukan derajat kesehatan anak. Dengan mengetahui angka harapan hidup, maka
dapat diketahui sejauh mana perkembangan status kesehatan anak. Hal ini sangat
penting dalam menentukan program perbaikan kesehatan anak selanjutnya. Usia
harapan hidup juga dapat menunjukkan baik atau buruknya status kesehatan anak
yang sangat terkait dengan berbagai factor, seperti factor social, ekonomi,
budaya, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana
angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan
perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain.
Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan
kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah
yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya
program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.
Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta
Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta
program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program
penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
3.2
Saran
Perkembangan
kesehatan bayi dan anak balita seharusnya lebih diperhatikan dan dikembangkan
lebih baik lagi dari pihak pemerintah, pelayanan
kesehatan dan lingkungan masyarakat agar mampu untuk memperbaiki standart
kesehatan bayi dan balita serta dapat menjadi upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi
dan anak balita di Indonesia.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar