BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tujuan Pembangunan kesehatan
menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dam
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat
kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan ( Morbilitas ) dan angka kematian (
mortalitas ) adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif pada
masyarakat tentang perawatan tali pusat bayi, dalam melaksanakan upaya tersebut
diperlukan sumberdaya manusia yang mempunyai kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang
kesehatan kepada masyarakat sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh
masyarakat diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap
kesehatan.
Kemampuan hidup sehat
dimulai sejak bayi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan
yang menentukan kualitas otak pada masa dewasa. Supaya terciptanya bayi
yang sehat maka dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dilakukan
dengan benar–benar sesuai dengan prosedur kesehatan.
Perawatan tali pusat adalah
melakukan pengobatan dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan
pemisahan fisik ibu dengan bayi. Dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan
steril, bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat.
Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak
positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke – 5 dan hari ke – 7 tanpa ada
komplikasi, sedangkan dampak negative dari perawatan tali pusat yang tidak
benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat
mengakibatkan kematian.
Tujuan Perawatan Tali pusat
adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir
penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh
melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat – obatan, bubuk
atau daun – daun yang ditaburkan ketali pusat sehingga dapat
mengakibatkan infeksi.
1.2
Tujuan
1.2.1
Untuk
mengetahui pengertian infeksi tali pusat
1.2.2
Untuk mengetahui
tanda dan gejala infeksi tali pusat
1.2.3
Untuk
mengetahui cara pencegahan infeksi tali pusat
1.2.4
Untuk
mengetahui penatalaksanaan infeksi tali pusat
1.3
Manfaat
Dengan adanya
makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta pengetahuan yang berguna
bagi mahasiswa, khususnya Mahasiswa Akademi Kebidanan dalam memahami tentang
perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Infeksi Tali Pusat
Omfalitis adalah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang ditandai
dengan kulit kemerahan disertai pus. Penyebab terjadinya omfalitis pada kasus
ini adalah akibat kurangnya aseptik antiseptik saat pengguntingan dan perawatan
tali pusat oleh bidan penolong persalinan. Hasil apus pus omfalitis adalah
bakteri batang Gram negatif, sesuai dengan pola kuman yang sering menginfeksi
bayi baru lahir.
Tali pusat biasanya puput satu minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam
15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk kuman dan infeksi yang
dapat menyebabkan sepsis. Pengenalan secara dini infeksi tali pusat sangat
penting untuk mencegah sepsis.
Tali pusat
merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan pada bayi yang baru
lahir. Bayi yang baru lahir kurang lebih dua menit akan segera di potong tali
pusatnya kira-kira dua sampai tiga sentimeter yang hanya tinggal pada pangkal
pusat (umbilicus), dan sisa potongan inilah yang sering terinfeksi Staphylococcus
aereus. Pada ujung tali pusat akan mengeluarkan nanah dan pada
sekitar pangkal tali pusat akan memerah dan disertai
edema (Musbikin, 2005).
Pada keadaan infeksi berat, infeksi dapat menjalar
hingga ke hati (hepar) melalui ligamentum (falsiforme)
dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada keadaan
menahun dapat terjadi granuloma pada
umbilikus (Prawirohardjo, 2002)
2.2
Insidensi
Tetanus Neonatorum dan infeksi tali pusat telah menjadi penyebab kesakitan
dan kematian secara terus-menerus di berbagai negara. Setiap tahunnya sekitar
500.000 bayi meninggal karena tetanus neonatorum dan 460.000 meninggal akibat
infeksi bakteri (WHO, 1998). Infeksi sebagai salah satu penyebab kematian,
sebenarnya dapat dengan mudah dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik,
dan pengetahuan yang memadai tentang cara merawat tali pusat.
Berdasarkan perkiraan World Health Organitation( WHO) hampir semua( 98%)
dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua
pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian
neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus neonatorum, meningitis,
pneumonia, dan diare.(Imral chair, 2007)
2.3
Etiologi
Infeksi tali pusat adalah suatu penyakit
toksemik akut yang disebabkan oleh Clostridium
tetani dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan
kesadaran (Mieke, 2006).
Merupakan hasil
dari klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob, berbentuk spora
selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat
mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin
yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan
spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985)
Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya infeksi tali
pusat pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
a. Faktor kuman
Staphylococcus
aereus ada dimana-mana
dan didapat pada masa awal kehidupan hampir semua
bayi, saat lahir atau selama masa perawatan.
Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit,
saluran pernafasan, dan saluran cerna
terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya infeksi tali pusat
sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali
pusat agar tetap kering dan bersih, pada saat
memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan merendam
bayi langsung ke dalam air mandinya karena akan
menyebabkan basahnya tali
pusat dan memperlambat proses pengeringan tali pusat.
Dan masih
banyak penyebab lain yang dapat memperbesar peluang terjadinya
infeksi pada tali pusat seperti penolong persalinan yang
kurang menjaga kebersihan terutama pada alat-alat yang digunakan
pada saat menolong persalinan
dan khususnya pada saat pemotongan tali pusat.
Biasakan mencuci tangan untuk pencegahan terjadinya infeksi
(Danuatmadja, 2003).
b. Faktor Maternal
Status
sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan
terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang
berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya
padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari
pada bayi berkulit putih.
Status paritas
(wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun
atua lebih dari 30 tahun.
1.
Kurangnya perawatan prenatal.
2.
Ketuban pecah dini (KPD)
3.
Prosedur selama persalinan.
c. Faktor Neonatatal
- Prematurius ( berat badan
bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko terjadinya infeksi.
Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup
bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh
terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum
terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit
juga melemahkan pertahanan kulit.
Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan
fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.
- Defisiensi imun. Neonatus
bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus
atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir
tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut,
aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi
imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan
fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
- Laki-laki dan kehamilan
kembar. Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari
pada bayi perempuan.
d. Faktor Lingkungan
1.
Ada defisiensi imun bayi
cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan
memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/
arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi
mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat
yang terkontaminasi.
2.
Paparan terhadap obat-obat
tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi
resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi
spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
3.
Kadang- kadang di ruang perawatan
terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi
nosokomial), paling sering akibat kontak tangan. Infeksi pada neonatus lebih
sering di temukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang
lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit.
Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara
septik. Segala bentuk infeksi yang terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih
berbahaya dibandingkan dengan infeksi yang terjadi pada anak atau dewasa. Ini
merupakan alasan mengapa bayi harus dirawat dengan ketat bila dicurigai mengalami
infeksi.
4.
Pada bayi yang minum ASI, spesies
Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum
susu formula hanya didominasi oleh E.colli.
5.
Mikroorganisme atau kuman
penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara, yaitu :
·
Pada masa antenatal atau sebelum
lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan
umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab
infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella,
herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang
dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.
·
Pada masa intranatal atau saat
persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada vagina dan
serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan
korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara
lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan
terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus
respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara
tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port
de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.
Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida
albican dan N.gonorrea.
·
Infeksi paska atau sesudah
persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat
infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat :
penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman
atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus
(AsriningS.,2003)
e. Proses persalinan
Persalinan
yang tidak sehat atau yang dibantu
oleh tenaga non medis, terjadi pada saat memotong
tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik.
Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas
dari masih adanya tradisi yang berlaku di
masyarakat.
f. Faktor tradisi
Sebagian
masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai
ramuan-ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu
mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang mengatakan
tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang
seharusnya tidak boleh dilakukan karena justru dengan
diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan
terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya
penyakit tetanus neonatorum ini cepat
menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari
setelah persalinan jika tidak ditangani biasa
mengakibatkan meninggal dunia (Mieke, 2006).
2.4
Klasifikasi
1.
Infeksi tali pusat lokal atau
terbatas
Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, dan di
sekitar tali pusat kemerahan dan pembengkakan terbatas pada
daerah kuang dari 1 cm di sekitar pangkal tali pusat
lokal atau terbatas.
2. Infeksi tali pusat berat atau meluas
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm atau
kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta bayi mengalami
pembengkakan perut, disebut sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas.
2.5 Tanda
dan Gejala
Tanda-tanda yang perlu dicurigai oleh orang tua adalah apabila
timbul bau menyengat dan terdapat cairan berwarna
merah darah atau bisa juga berbentuk
nanah di sisa tali pusat bayi. Hal
tersebut menandakan sisa tali pusat mengalami
infeksi, lekas bawa bayi ke klinik atau rumah sakit, karena
apabila infeksi telah merambat ke perut bayi, akan
menimbulkan gangguan serius pada bayi (Febrina, 2006)
Manifestasi
kebanyakan infeksi Staphylococcus pada neonatus adalah
tidak spesifik, bakteremia tanpa kerusakan
jaringan setempat dikaitkan dengan berbagai
tanda, berkisar dari yang ringan sampai dengan
keadaan yang berat. Distress pernafasan, apnea,
bradikardia, abnormalitas saluran cerna, masalah termoregulasi, adanya perfusi
yang buruk, dan disfungsi serebral merupakan hal umum.
Infeksi spesifik yang disebabkan oleh Staphylococcus aereus
meliputi pneumonia, efusi pleural, meningitis, endokarditis,
omfalitis, abses, dan osteomielitis (Wahab, 2000).
Bayi yang terinfeksi
tali pusatnya, pada tempat tersebut biasanya akan mengeluarkan nanah dan
pada bagian sekitar pangkal tali pusat akan terlihat merah dan
dapat disertai dengan edema. Pada keadaan yang berat
infeksi dapat menjalar ke hati (hepar) melalui ligamentum falsiforme dan
menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada keadaan menahun dapat
terjadi granuloma pada umbilikus
(Prawirohardjo:2002).
Jika tali
pusat bayi bernanah atau bertambah bau,
berwarna merah, panas, bengkak, dan ada area lembut di sekitar dasar tali
pusat seukuran uang logam seratus rupiah, ini merupakan tanda infeksi
tali pusat (Sean, 2004).
2.6 Pencegahan
dan Penanganan
1. Pencegahan
Untuk
pencegahan awal tetanus dapat diberikan pada calon pengantin dengan
harapan bila setelah menikah dan hamil tubuhnya sudah punya antitoksin tetanus
yang akan ditransfer ke janin melalui plasenta.
Seorang
wanita yang sudah diimunisasi tetanus 2
kali dengan interval 4-6 minggu diharapkan
mempunyai kekebalan terhadap tetanus selama tiga tahun imunisasi TT
diberikan juga pada ibu hamil, diberikan 2 kali pada
trimester kedua dengan interval waktu 4-6 minggu diharapkan
dapat memberikan kekebalan selama tiga tahun sehingga jika si ibu hamil kurun
waktu tiga tahun itu tidak diberikan imunisasi TT atau satu kali
saja imunisasi sudah cukup (Erikania, 2007).
Agar tali pusat
tidak terinfeksi, perlu dilakukan inspeksi tali pusat, klem
dilepas, dan tali pusat diikat dan dipotong dekat
umbilikus kurang dari 24 jam setelah bayi lahir.
Ujung dari potongan diberikan krim klorheksidin untuk mencegah
infeksi pada tali pusat, dan tidak perlu dibalut dengan kasa dan dapat hanya
diberi pengikat tali pusat atau penjepit tali pusat yang terbuat
dari plastik (Penny, 2008).
Dalam keadaan
normal, tali pusat akan lepas dengan sendirinya dalam waktu lima sampai tujuh
hari. Tapi dalam beberapa kasus bisa sampai dua minggu
bahkan lebih lama. Selama belum pupus, tali pusat
harus dirawat dengan baik. Agar tali pusat tidak infeksi,
basah, bernanah, dan berbau. Bersihkan tali
pusat bayi dengan sabun saat memandikan bayi.
Keringkan dengan handuk lembut. Tidak peru di olesi dengan
alkohol 70% atau betadine, karena yodium yang dikandung betadine dapat masuk ke
peredaran darah bayi dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan kelenjar gondok. Biarkan terbuka hingga kering,
dapat dibungkus dengan kasa steril. Jangan mengolesi tali pusat
dengan ramuan atau menaburi bedak, karena dapat menjadi
media yang baik bagi tumbuhnya kuman, termasuk
kuman tetanus (Wartamedika, 2006).
Untuk penggantian
popok, sebaiknya popok yang telah basah segera diganti untuk menghindari
iritasi tali pusat, area tali pusat jangan ditutup dengan
popok atau celana plastik dan bila bayi
menggunakan popok langsung pakai saja (Sean, 2002).
Pencegahan pada
infeksi tali pusat dapat dilakukan dengan perawatan tali
pusat yang baik. Jika di tempat perawatan bayi banyak penyebab
infeksi dengan Staphylococcus aereus maka perawatan tali pusat
dapat dilakukan sebagai berikut :
- Setelah tali
pusat dipotong, ujung tali pusat
diolesi dengan tincture jodii.
- Tangkai tali pusat / pangkal
tali pusat dan kulit di sekeliling tali pusat dapat diolesi
dengan triple-dye (triple dye ini adalah
campuran brilliant green 2,29 g, prylapine bemisulfate 1,14 g, dan
crystal violet 2,29 g yang dilarutkan dalam satu liter air), jika
obat-obat ini tidak ada dapat pula
digantikan dengan merkurokrom.
- Atau tali pusat
cukup ditutupi dengan kasa steril dan
diganti setiap hari (Prawirohardjo, 2002).
2. Penanganan
Infeksi pada
bayi dapat merupakan penyakit yang berat dan sangat sulit diobati. Jika tali
pusat bayi terinfeksi oleh Staphylococcus aereus,
sebagai pengobatan lokal dapat diberikan salep
yang mengandung neomisin dan basitrasin.
Selain itu juga dapat diberikan salep gentamisin. Jika
terdapat granuloma, dapat pula dioleskan dengan
larutan nitras argenti 3% (Prawirohardjo,2002).
Berikut adalah klasifikasi
infeksi dan penanganannya, antara lain :
a) Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Cara penanganannya :
o
Biasakan untuk selalu
mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali
pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari tangan.
o
Bersihkan
tali pusat
menggunakan larutan antiseptik (misalnya klorheksidin atau
iodium povidon 2,5%) dengan kain kassa yang bersih.
o
Olesi tali pusat
pada daerah sekitarnya dengan larutan
antiseptik (misalnya gentian violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) delapan kali
sehari sampai tidak ada nanah lagi pada tali pusat. Anjurkan
Ibu melakukan ini kapan saja bila memungkinkan.
o
Jika kemerahan atau bengkak pada
tali pusat meluas melebihi area 1 cm, obati seperti infeksi tali pusat berat
atau meluas.
b) Infeksi tali pusat berat atau meluas
Cara penanganannya :
o
Rujuk bayi ke dokter dan tetap
lakukan perawatan seperti infeksi tali pusat lokal atau terbatas. Oleh dokter
akan dilakukan pemeriksaan tanda tanda sepsis pada bayi.
o
Lakukan pemeriksaan laboratorium
untuk pemeriksaan kultur dan sensivitasi.
o
Dapat diberikan pemberian
antibiotik sesuai indikasi seperti Kloksasilin oral selama lima hari
o
Jika terdapat pustule / lepuh
kulit dan selaput lendir.
o
Cari tanda-tanda sepsis.
o
Lakukan perawatan umum seperti
dijelaskan untuk infeksi tali pusat lokal atau terbatas.
3. Perawatan umum tali pusat pada bayi baru lahir
Perawatan yang dilakukan pada tali pusat untuk mencegah infeksi. Mencegah
dan mengidentifikasi perdarahan infeksi secara dini. Hal- hal yang dilarang
adalah membubuhkan atau mengoleskan ramuan dan abu dapur karena akan
menyebabkan infeksi.
Menghindari kontak langsung dengan air kencing bayi karena air kencing
tersebut adalah salah satu penyebab timbulnya infeksi pada tali pusat bayi.
memakaikan popok sekali pakai sebaiknya di bawah pusar.
Merawat tali
pusat dengan prinsip bersih dan kering. Jadi, saat memandikan bayi, tali pusat
juga digosok dengan air dan sabun, lalu dikeringkan dengan handuk bersih
terutama daerah tali pusat yang masih berwarna putih di bagian pangkalnya (tali
pusat yang bermuara) ke perut bayi). Bagian pangkal ini bisa dibersihkan dengan
cotton budpovidone yodine) dan biarkan terbuka sehingga cepat mengering,
atau dibungkus dengan kasa kering yang steril.
Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
Gambar Infeksi Tali Pusat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Omfalitis
adalah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang ditandai dengan kulit
kemerahan disertai pus. Penyebab terjadinya omfalitis pada kasus ini adalah
akibat kurangnya aseptik antiseptik saat pengguntingan dan perawatan tali pusat
oleh bidan penolong persalinan. Hasil apus pus omfalitis adalah bakteri batang
Gram negatif, sesuai dengan pola kuman yang sering menginfeksi bayi baru lahir.
Merawat tali
pusat dengan prinsip bersih dan kering. Jadi, saat memandikan bayi, tali pusat
juga digosok dengan air dan sabun, lalu dikeringkan dengan handuk bersih
terutama daerah tali pusat yang masih berwarna putih di bagian pangkalnya (tali
pusat yang bermuara).
3.2 Saran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar